Banyak kalangan yang menunggu acara "dialog" antara Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata (SCAF) dan kelompok pemuda revolusioner gagal sebelum acara dimulai, a pada hari Rabu. Kalangan pemuda revolusioner menolak menghadiri untuk terlibat dalam dialog dengan SCAF yang dinilai akan membawa kesepakatan.
Persatuan Pemuda Revolusioner Pemuda, yang mencakup dari kalangan pemuda dari empat partai politik, dan 18 gerakan politik, menarik diri dari konferensi itu,ujar seorang aktivis pemuda.
Dewan militer telah menyelenggarakan acara dalam menanggapi tuntutan untuk dialog yang lebih efektif antara kelompok militer dan pemuda. Sementara itu, beberapa kelompok pemuda setuju untuk hadir, meskipun jelas keputusan militer untuk meninggalkan konferensi, tanpa adanya diskusi leibh lanjut.
Delegasi Pemuda mengatakan, program konferensi satu hari, yang terdiri dari serangkaian presentasi tentang capaian prestasi militer Mesir selama bertahun-tahun, diikuti dengan sesi tanya-jawab. Militer Mesir akan menyampaikan prestasinya dan perubahan yang telah dalam mengelola negara. Di mana perwira militer menjawab pertanyaan yang diberikan kepada mereka oleh pemuda aktivis. Militer hanya menjawab lima pertanyaan sebelum acara itu dibatalkan.
Dalam penyelenggaraan acara, pihak militer telah mengirim undangan ke berbagai kelompok pemuda, meminta agar masing-masing kelompok mengirim delegasi sepuluh. Namun, banyak aktivis pemuda menolak undangan, menjadi skeptis terhadap dialog itu.
Beberapa dari mereka yang menghadiri konferensi-tanpa-nama-mengatakan bahwa mereka melihat jumlah dari kalangan pemuda Ikhwanul Muslimin yang hadir cukup banyak. Di sana pemuda dari kalangan sekuler telah melihat kalangan Islamis terlalu mendominasi acara itu, sehingga mereka mengundurkan dan meninggalkan dialog dengan fihak militer Mesir.
"Kami diberitahu bahwa setiap kekuatan politik harus mengirimkan tidak lebih dari sepuluh perwakilan ke pertemuan," kata Amr Hamed, seorang anggota Persatuan Pemuda Revolusioner. "Tapi kami menemukan ratusan dari Ikhwanul Muslimin dan kekuatan agama lainnya yang mendominasi rapat", ujarnya.
Sebelum acara, Hamada al-Kasyf, juga dari Uni Pemuda Revolusioner telah berbagi keprihatinan tentang konferensi direncanakan. "Kami masih melihat dialog sebagai yang buram, tanpa topik tertentu didalam agenda," katanya kepada Al-Masry Al-Youm, "dan sulit untuk benar-benar membahas sesuatu dengan sejumlah besar orang yang hadir", tambahnya.
Nampaknya, gagalnya dialog itu, tak hanya menyangkut topik dan agenda yang ada, tetapi kalangan Pemuda Revolusioner, tidak menyukai dengan banyaknya kalangan Islamis, yang hadhir dalam pertemuan dengan fihak militer, dan dinilai terlalu mendominasi. (mh/may)