Di tengah Gencatan Senjata, Israel Klaim Diserang Roket

Juru bicara militer Israel mengklaim belasan roket diarahkan ke posisi pasukannya di Libanon selatan, Selasa (15/8). Tembakan roket-roket itu, menurut jubir Israel pertama kali terjadi sejak gencatan senjata resmi diberlakukan sejak Senin kemarin, pukul 08.00 waktu setempat.

Jubir Israel juga mengatakan, pihaknya tidak melakukan balasan dan roket-roket tersebut tidak menimbulkan kerusakan atau korban jiwa.

Sementara itu, Hizbullah membantah klaim Israel hari Senin kemarin yang menyatakan berhasil menewaskan empat pejuang Hizbullah, ketika pejuang Hizbullah itu berusaha mendekati pasukan Israel, menyusul diberlakukannya gencatan senjata.

Hizbullah menyatakan klaim Israel itu tidak ‘berdasar’. "Perlawanan Islam (sayap bersenjata Hizbullah) tidak kehilangan para martirnya sejak berlakunya gencatan senjata pada jam 08.00 pagi pada Senin kemarin," demikian bunyi pernyataan Hizbullah di Beirut, Selasa (15/8).

Meski menyatakan menerima resolusi, Hizbullah menegaskan akan tetap melakukan perlawanan sampai tentara terakhir Israel meninggalkan Libanon. Sementara PM Israel, Ehud Olmert menyatakan akan memburu para pemimpin Hizbullah.

Konferensi Bantuan untuk Libanon

Sementara itu, Swedia berinisiatif mengundang 60 negara dan lembaga bantuan internasional dalam konferensi yang bertujuan untuk membantu pembangunan kembali rumah-rumah dan jalan yang hancur di Libanon, termasuk memulihkan kehidupan rakyat Libanon.

Menteri urusan bantuan Swedia, Carin Jamtin mengatakan, negara-negara donor besar seperti AS, Perancis, Inggris, Jerman, Norwegia, Jepang dan negara-negara Teluk, akan diundang untuk menghadiri konferensi yang akan digelar tanggal 31 Agustus mendatang.

Jamtin menolak menyebutkan berapa kira-kira dana bantuan yang dibutuhkan untuk memulihkan kembali Libanon. Ia mengatakan, berapa besarnya diserahkan pada Libanon untuk memutuskan. (ln/aljz)