Aksi teror, manuver politik dari partai-partai sayap kiri dan penyerdehanaan yang berlebihan oleh media massa menjadi penyebab mengatapa di Swiss, muslim dipandang sebagai ancaman. Ini terungkap dari hasil studi yang dilakukan The National Research Programme 58 terhadap kehidupan pluralisme agama di negeri itu.
Hasil riset menyebutkan, para imigran dari negara-negara Muslim menjadi target kecurigaan masyarakat Swiss meski tidak ada alasan untuk mencurigai para imigran itu sebagai fundamentalis. Mayoritas imigran muslim yang ada di Swiss berasal dari Turki, Makedonia dan Maroko. Riset itu memfokuskan pada berapa sering dan dalam hal apa muslim menjadi bahan pemberitaan di surat kabar dan televisi di Swiss, sejak awal tahun 1960-an, termasuk bagaimana parlemen memperdebatkan isu-isu yang berkaitan dengan muslim, dan bagaimana media massa melaporkannya.
Media massa dan politisi di Swiss, menurut riset itu, terlalu menyederhanakan isu-isu Islam dan muslim dalam beberapa tahun belakangan ini. Kondisi ini menjadi salah satu faktor mengapa mayoritas warga Swiss mendukung larangan pembangunan menara masjid, yang dilakukan lewat voting pada tahun 2009.
"Informasi yang positif tentang Islam dan Muslim di media, tidak sebanyak laporan tentang serangan 11 September 2001, serangan bom di Madrid dan London, dan pemberitaan tentang karikatur Nabi Muhammad Saw. Laporan tentang peristiwa-peristiwa ini menyebabkan terciptanya citra bahwa Islam adalah agama kekerasan dan memicu munculnya benturan peradaban," kata Patrik Ettinger, salah satu ketua tim riset dari Universitas Zurich.
Ia menyebut Partai Rakyat Swiss dan Persatuan Demokratik Federal yang paling berperan dalam menciptakan citra negatif terhadap Islam dan Muslim di Swiss. "Mereka membuat citra Muslim yang keluar dari konteks internasional dan memasukkannya dalam konteks nasional," sambung Ettinger.
Masyarakat Swiss umumnya, jelas Ettinger, menilai baik tidaknya seorang imigran muslim berdasarkan latar belakang etnisnya, dan bukan latar belakang agamanya. (kw/SwissInfo)