Di Springfield, Al-Quran Dibakar dan Islamic Center Diteror

Islamic Center di Springfield, AS menerima surat berisi ancaman terhadap komunitas Muslim di wilayah itu. Sebelumnya, pengelola Islamic Center itu menemukan serpihan kertas sisa tiga buah Al-Quran yang dibakar.

FBI membenarkan adanya kasus ini, dan menyatakan sedang melakukan penyelidikan. Tapi mereka menolak memberikan penjelasan lebih lanjut. Kepolisian Springfield juga menolak berkomentar, namun daftar permintaan panggilan polisi menunjukkan bahwa ada dua insiden yang terjadi di Islamic Center. Insiden pertama ditulis sebagai "penemuan properti" dan insiden kedua dicatat sebagai "ancaman teroris" tanpa menyebut bahwa insiden itu adalah pembakaran Al-Quran.

Dua orang pimpinan di Islamic Center mengatakan bahwa mereka menyebutkan secara spesifik benda yang ditemukan adalah sisa Al-Quran dibakar, dalam laporan pada polisi. Sedangkan surat kaleng yang berisi ancaman menyebut muslim sebagai "noda bagi dunia" dan pengirimnya bersumpah bahwa "Islam tidak hidup lama." Di bagian akhir surat yang diketik dan hanya berisi lima baris kalimat itu, tertulis "Kematian untuk Islam !".

Kordinator kegiatan muslimah di Islamic Center Springfield, Wafaa Kaf menyatakan tidak mengerti mengapa ada orang yang melayangkan surat ancaman dan membakar Al-Quran.

"Apa yang mereka ingin capai dari semua ini? Apa yang ingin mereka dapatkan? Apakah sekarang mereka merasa senang?," kata Kaf bertanya-tanya.

Ia mengaku frustasi, begitu pula dengan komunitas Muslim di Springfield, atas kejadian ini. Mereka bertekad untuk membuka apa yang mereka alami pada publik. Menurut Kaf, sisa Al-Quran yang dibakar ditemukan seorang jamaah yang akan masuk masjid, di depan pintu gerbang Islamic Center pada hari Minggu (10/4) siang.

Pengurus Islamic Center lainnya, Jamil Saquer mengatakan, surat kaleng berisi ancaman diterima pada hari yang sama setelah penemuan bekas Al-Quran yang dibakar

Saquer mengungkapkan, ia dan komunitas Muslim yang membaca surat itu resah, siapa pun yang menyampaikan ancaman tersebut, bisa jadi akan lebih agresif. Meski demikian, Saquer mengaku puas dengan respon cepat kepolisian dan menurutnya, tidak ada sentimen kebencian yang meluas di Springfield setelah kejadian itu.

Yang dikhawatirkan Saquer, peristiwa ini akan membuat muslim di AS enggan datang ke Springfield, karena merasa kehadiran mereka tidak diterima.

Islamic Center di Springfield sebelumnya juga pernah mengalami teror serupa. Pada tanggal 8 Januari lalu, para jamaah masjid menemukan tulisan grafiti di hampir seluruh dinding Islamic Center. "Kalian menghajar kami di Pakistan. Kami menghajar kalian di sini", begitulah bunyi tulisan yang ditulis dengan menggunakan cat semprot.

Bukan cuma itu, ada juga tulisan yang menyebut Allah itu homoseks, dan gambar kemaluan laki-laki di depan pintu masuk tempat salat untuk muslimah. Dan dua hari setelah "serangan" itu, aksi vandalisme kembali terjadi. Pelakunya merusak hiasan berbentuk keran air yang terdapat di bagian depan gedung Islamic Center. Pihak FBI tidak melakukan penyelidikan kemungkinan "teror" itu berlatar belakang kebencian terhadap komunitas Muslim.

Council on American-Islamic Relations (CAIR)–organisasi advokasi Muslim di AS–yang menerima laporan ini mendesak aparat penegak hukum negara maupun federal untuk segera bertindak menuntaskan kasus "ancaman teror" yang menimpa Islamic Center Springfield dan tempat-tempat ibadah umat Islam lainnya di wilayah AS. (ln/IW/NewLeader/CAIR)