di Prancis, Kepala Babi Diletakkan di Atas Makam Seorang Warga Muslim

Bukan hanya warga Muslim yang masih hidup yang menjadi sasaran kebencian mereka yang anti-Islam, bahkan warga Muslim yang sudah berada di dalam kubur pun menjadi target kebencian orang-orang Prancis yang tidak senang dengan keberadaan Muslim.

Orang-orang tersebut meletakkan kepala babi di makam seorang warga Muslim di pemakaman Notre Dame de Lorette, pemakaman umum terbesar di Prancis yang terletak di utara kota Arras. Selain kepala babi, pelakunya juga mengungkapkan pernyataan-pernyataan yang menghina Menteri Kehakiman Rachida Dati, warga Muslim keturunan Afrika Utara.

Peristiwa itu terjadi pada Sabtu (5/4) dan langsung memicu kecaman dari berbagai pihak di Prancis, termasuk dari Presiden Nicolas Sarkozy. Sarkozy menilai tindakan itu sebagai tindakan rasisme yang tidak bisa diterima. "Tindakan bernuansa kebencian juga merupakan serangan terhadap kenangan bagi semua veteran Perang Dunia I, lebih daripada serangan terhadap keyakinan setiap orang, " kata Sarkozy.

Pemakaman Notre Dame de Lottere merupakan pemakaman yang dibangun untuk mengenang para korban pertempuran untuk mempertahankan Prancis Utara di awal Perang Dunia I. Di pemakaman yang sudah ada sejak tahun 1925 itu, terdapat makam 40 ribu tentara dan terdapat 576 makam warga Muslim, yang dikelompokkan menjadi satu, menghadap ke arah kota suci Makkah, Arab Saudi.

Kepala kejaksaan kota Arras, Jean-Pierre Valensi juga mengecam tindakan yang menghina makam warga Muslim tersebut. Menurutnya, target dari penghinaan itu adalah Islam. "Ini tindakan yang berkonotasi rasis dan merupakan serangan terhadap nilai-nilai republik Prancis serta serangan terhadap semua rakyat Prancis, " tukas Valensi.

Dewan Muslim Prancis, Bahssine Saaidi mengatakan, tindakan meletakkan kepala babi di atas makam seorang warga Muslim merupakan tindakan yang memalukan. Sementara Imam Masjid Raya Paris, Dalil Boubaker menilai tindakan itu sebagai tindakan yang menunjukkan kebencian dan merupakan skandal untuk melecehkan semua umat Islam.

"Kemungkinan itu adalah makam para pahlawan yang tewas dalam perjuangan, " kata Boubaker pada radio France Info.

"Kita perlu bekerja sama… untuk menghentikan persoalan rasisme ini, " sambung Saaidi.

Organisasi anti-rasisme MRAP mengatakan menyebut insiden itu sebagai sinyal yang mengkhawatirkan dari gejala Islamofobia di Prancis. Organisasi ini menegaskan bahwa Prancis harus mengatasi persoalan ini.

Penghinaan terhadap makam warga Muslim di kota Arras bukan yang pertama kali terjadi di Prancis. Setahun yang lalu, kelompok neo-Nazi melakukan aksi vandalisme dengan meletakkan gambar swastika di 52 makam warga Muslim. Dua pelakunya, anak-anak muda berusia 18 dan 21 tahun berhasil ditangkap dan dipenjara selama satu tahun. Seorang remaja berusia 16 tahun juga ditangkap dan mendekam di penjara selama satu minggu. Empat insiden serupa juga terjadi di wilayah utara dan timur Prancis pada tahun 2003 dan 2004. (ln/iol)