“Sekarang umum mendengar Muslim disebut sebagai teroris di media, itu terkutuk, “ujar Akintola.
Ketua konferensi, Lai Olurode mendesak wartawan Muslim lebih aktif memproyeksikan esensi sejati Islam sebagai agama damai. Olurode yang juga seorang profesor di Universitas Lagos, berpendapat konsep media Nigeria tidak dapat dibangun dalam arti yang sama seperti, media Inggris.
“Kami belum terlalu aktif sebagai praktisi media Muslim, dan kami tidak dapat mengharapkan orang lain menceritakan kisah kami, ujar Olurode.
Komisaris Urusan Negeri Lagos, AbdulHakeem AbdulLateef menyarankan umat Islam berusaha memiliki dan mengendalikan rumah media mereka sendiri. AbdulLateef, yang mewakili Gubernur Negara Bagian Lagos, Akinwunmi Ambode, juga mendesak umat Islam lebih aktif berperan dalam politik sehingga dapat mempengaruhi masyarakat secara positif.
Seorang jurnalis olahraga dan penerbit, Mumini Alao mendesak asosiasi itu mengambil langkah konkret dalam menangani penggambaran stereotip yang dirasakan di media. Alao mengatakan Dewan Pers dan badan pengatur media lainnya dapat mengisyaratkan perilaku tidak profesional dari media atas tindakan itu.
Poin tertinggi dari acara tersebut adalah pemberian penghargaan kepada petugas pendaftaran Joint Admission and Matriculation Board (JAMB) Isiaq Oloyede. Oloyede, seorang profesor, diakui karena sifat kepemimpinannya yang luar biasa sebagai kepala JAMB.
Ashiat Abdulkareem, seorang siswa Muslim wanita pemenang penghargaan di Lagos State, mendapat kehormatan sebagai ‘Wajah Jilbab’ atas kontribusinya memperjuangkan pengakuan hak-hak Hijab di Nigeria.(kl/rol)