di Mata Dunia, AS Adalah Negara Tak Bermoral dan Munafik

Sikap anti-Amerika di berbagai belahan dunia sudah mencapai puncaknya, dan membuat citra Amerika saat ini berada pada posisi terendah. Sikap anti-Amerika itu bukan karena persoalan masyarakat dunia menolak budaya, kekuasaan dan nilai-nilai yang berlaku di Amerika, tapi lebih karena kebijakan luar negeri pemerintah Amerika.

Kebijakan yang membuat citra negara AS makin merosot utamanya adalah kebijakan perang AS di Irak. Masyarakat dunia, terutama di negara-negara Muslim dan Amerika Latin menilai kebijakan-kebijakan luar negeri AS justru menunjukkan sikap munafik AS terhadap nilai-nilai demokrasi yang selama ini dibanggakannya.

Itulah cuplikan laporan komite DPR AS berdasarkan pengakuan dari para pakar dan data dari polling-polling yang pernah dilakukan tentang posisi AS di mata dunia. Ketua subkomite bidang hak asasi manusia dan organisasi internasional Bill Delahunt mengatakan, "Kekuatan fisik kita sekarang dilihat bukan lagi sebagai pelindung tapi sebagai ancaman, bukan lagi dilihat sebagai jaminan bagi stabilitas dan ketertiban tapi dipandang sebagai sumber intimidasi, kekerasan dan penyiksaan."

"Kita dalam posisi bahaya karena kehabisan apa yang oleh Ulysses S. Grant disebut sebagai sumber kita yang paling besar yaitu kekuatan internasional. Kita sudah kehilangan reputasi terhadap apa yang ia sebut sabagai hati nurani, tapi saya lebih suka menggantinya dengan kata ‘etika moral’, " tukas Delahunt.

Dalam laporan itu disebutkan berbagai kebijakan pemerintah AS yang dituding jadi biang keladi hancurnya citra negara AS di mata dunia internasional. Yang paling besar pengaruhnya adalah invasi dan penjajahan AS di Irak, dukungan AS terhadap pimpinan-pimpinan negara yang represif, sikap bias AS terhadap konflik Palestina-Israel serta penyiksaan dan tindak kekerasan terhadap para tahanan di penjara.

Pemerintahan AS saat ini, menurut laporan itu, telah mengabaikan nilai-nilai demokrasi, hak asasi manusia dan aturan hukum. Tindakan sepihak, serangan militer yang dilakukan pemerintahan Bush memicu kemarahan dan ketakutan akan diserang menyebabkan sikap yang berseberangan dengan AS berubah menjadi sikap anti-AS yang makin luas dan dalam.

Komite DPR AS dalam laporannya menyimpulkan, faktor-faktor di atas, termasuk persoalan visa dan imigrasi di AS, mendorong tumbuhnya keyakinan di dunia Islam bahwa Amerika Serikat memanfaatkan jargon ‘perang terhadap teror’ sebagai kedok dalam upayanya menghancurkan Islam. (al-araby)