Tanggal 9 Oktober mendatang, adalah hari khusus bagi murid-murid sekolah di Libanon. Hari itu, adalah hari pertama tahun ajaran baru yang sebelumnya telah ditunda selama 3 pekan dari tanggal yang telah ditetapkan.
Penundaan itu, menurut pemerintah Libanon adalah rentang waktu yang akan digunakan untuk memperbaiki sekolah-sekolah yang rusak dan hancur akibat serangan Israel yang membabi buta menghantam sekolah saat peperangan beberapa waktu lalu.
Jamil Bazeiy, kepala sekolah khusus murid perempuan di Libanon Selatan, yang tengah meninjau kondisi sekolahnya hari Rabu (4/10) mengatakan, “Seperti yang Anda lihat sendiri. Kami hidup di antara puing bangunan. Kami berusaha memperbaiki sekolah dengan bantuan saudara-saudara kami di berbagai negara yang memperhatikan kondisi kami. Insya Allah, dua minggu lagi akan dimulai pembersihan puing dan pembangunan sekolah.”
Namun sebenarnya, bantuan yang diharapkan untuk membangun kembali sekolah yang hancur itupun masih belum jelas. Sebab itu, para wali murid hingga saat ini masih belum menerima informasi apapun tentang pembangunan kembali sekolah anak-anak mereka sehingga tahun ajaran baru bisa mulai berjalan.
Salam Ayoub, seorang ibu salah satu murid di sekolah Bint Jubail, khawatir bila tahun ajaran baru tidak bisa dimulai pada waktunya karena kesulitan dana yang dialami pihak sekolah untuk membangun sekolah kembali.
Kampung Bint Jubail merupakan kampung yang paling padat penduduknya di Libanon Selatan. Di mana terdapat 30 ribu orang tinggal di lokasi itu dan mendapat serangan paling hebat dari Zionis Israel dalam peperangan melawan Hizbullah Libanon. Perang yang berlangsung selama 33 hari merusak puluhan sekolah berikut rumah penduduk yang kini ditinggali oleh pemiliknya. Ditaksir ada 350 sekolah yang dianggap mengalami rusak parah akibat serangan Israel.
Sejumlah negara Arab, utamanya negara Teluk telah memberi bantuan pembangunan kembali untuk Libanon. Saudi Arabia juga telah memberikan anggaran khusus untuk membayar keperluan murid sekolah negeri sepanjang tahun ajaran 2006-2007. Tapi Fuad Baidhon, yang berprofesi menjual peralatan sekolah mengatakan, “Di sini denyut ekonomi lemah sekali. Murid-murid tidak mampu membeli peralatan sekolah. Mereka menunggu sampainya bantuan kepada mereka seperti dari Emirat maupun dari Liga Arab.
Pemerintah Libanon sendiri menyebutkan, sektor pendidikan Libanon mengalami kerugian lebih dari 70 juta dolar akibat serangan Israel. Masih menurut pemerintah, Israel telah menghancurkan infrastruktur pemerintah Libanon dengan kerugian sebesar 3,6 milyar dolar. (na-str/iol)