Negara bagian Jerman yang melarang jilbab makin meluas. Kali ini negara bagian North-Rhine Westphalia di sebelah barat Jerman yang melarang para guru di sekolah-sekolah umum mengenakan jilbab.
Parlemen di negara bagian yang padat penduduk dan didominasi oleh kalangan konservatif Kristen Demokrat ini, mengadopsi larangan hijab yang mulai diberlakukan pada Rabu (31/5). Putusan itu diambil melalui voting dan berhasil mengalahkan kelompok Hijau dan Sosial Demokrat.
Dengan demikian, North-Rhine Westphalia menjadi negara bagian ke-8 dari 16 negara bagian di Jerman yang memberlakukan larangan berjilbab di sekolah-sekolah umum.
Bagi umat Islam, mengenakan jilbab adalah kewajiban sesuai ajaran Islam dan bukan semata-mata simbol relijius. Tak heran jika umat Islam mengecam setiap larangan berjilbab, tak terkecuali warga Muslim di Jerman, menyusul kebijakan negara North-Rhine Westphalia.
Dewan Muslim di Jerman mengatakan, undang-undang baru itu diskriminatif karena tidak berlaku pada semua agama. Yang dilarang hanya jilbab karena dianggap sebagai simbol keagamaan, tapi undang-undang itu tidak melarang salib yang juga simbol keagamaan, khususnya bagi umat Kristiani.
Beberapa tahun belakangan ini, jilbab memang menjadi isu sentral di sejumlah negara Eropa, termasuk Jerman. Mahkamah pengadilan tertinggi negara itu pada Juli 2003, pernah menolak keputusan negara bagian Baden-Wurttemberg yang melarang guru Muslimah mengenakan jilbab di kelas, namun memberikan kebebasan bagi 16 negara bagian Jerman untuk mengeluarkan aturan larangan berjilbab jika hal tersebut diyakini memberi pengaruh pada anak-anak. Tidak dijelaskan pengaruh apa yang dimaksud.
Negara bagian lainnya di Jerman yang sudah memberlakukan larangan terhadap simbol-simbol keagamaan termasuk berjilbab antara lain Baden -Wurttemberg, Saarland dan Lower Saxony. Sedangkan negara bagian yang masih membolehkan jilbab antara lain Mecklenburg-Vorpommern, Saxony-Anhalt dan Thuringia.
Menteri Kehakiman Jerman Briggitte Zypries pada awal Mei lalu mengakui bahwa warga Muslim di negaranya menderita karena makin meningkatnya sikap diskriminasi agama. Ia mengusulkan pemberlakukan seragam sekolah untuk menghindari kemarahan siswa Muslim yang mengenakan jilbab. Menurutnya, pengenaan seragam sekolah akan membantu upaya mencegah munculnya tindakan diskriminatif bagi kelompok sosial atau agama tertentu.
Di Jerman terdapat kurang lebih 3,4 juta warga Muslim, 220.000 di antaranya tinggal di Berlin yang mayoritas berasal dari keturunan Muslim Turki. Islam menjadi agama ketiga terbesar di Jerman setelah Protestan dan Katolik. (ln/iol)