Aparat keamanan Inggris masih menyimpan kecurigaan yang besar terhadap warga Muslim Inggris. Sehingga ketika sholat tarawihpun mereka merasa perlu melakukan pengawasan, bahkan sampai masuk ke masjid.
Kehadiran aparat keamanan itu, sebagian ada yang untuk sholat dan sebagian lagi cuma menonton dan mengawasi warga Muslim yang sedang sholat. Masjid yang tidak seberapa luas dan sudah berjejalan oleh para jamaah yang ingin sholat, kadang makin tambah sesak dengan kehadiran ‘mata-mata’ itu.
"Kami muak dengan pengawasan dan kedatangan orang-orang asing yang berulangkali. Aparat Scotland Yard ada di antara para jamaah," kata Hasan Ali, kurator Masjid Hazrat Sultan Bahu, Upton Park.
Ali mengatakan, sebagaian anggota Scotland Yard yang dikirim ke masjid-masjid adalah Muslim. "Mereka ikut Tarawih dari rakaat pertama sampai selesai semata-mata untuk mengawasi gerakan para jamaah, khususnya setelah insiden yang baru-baru ini terjadi dan kecurigaan mereka meningkat terhadap warga Muslim asal Pakistan," ujarnya.
Aparat keamanan Inggris memang makin meningkatkan pengawasannya terhadap warga Muslim, khususnya asal Pakistan, setelah mereka mengklaim telah menggagalkan rencana serangan teroris terhadap sejumlah pesawat komersial dengan menggunakan bahan peledak cair di bandara Heathrow beberapa waktu lalu.
Menurut Ali, beberapa teman-temannya juga melaporkan kondisi yang serupa di masjid-masjid lain di sebelah timur dan selatan London. Oleh sebab itu para pengelola masjid melarang jika ada orang yang ingin mengambil foto-foto sholat berjamaah di masjid.
"Para jamaah sudah sangat tertekan melihat laporan-laporan media massa tentang warga Muslim," kata seorang kurator sebuah masjid di distrik West ham.
Meski demikian, ribuan kaum Muslimin di Inggris yang jumlahnya mencapai 1,8 juta jiwa tetap semangat untuk menjalankan ibadah sholat Tarawih.
"Warga Muslim Inggris, khususnya dari generasi kedua dan ketiga datang berombongan untuk Tarawih. Mereka tetap semangat melaksanakan sholat Tarawih meski banyak di antara mereka yang tidak paham bahasa Arab," tutur Ali. (ln/iol)