Komunitas Muslim di Belgia masih menjadi target utama diskriminasi berlatar belakang etnis dan agama. Hal ini terungkap adalam laporan yang dirilis lembaga Center for Equal Opportunities and Opposition to Racism (CEOOR) di Belgia.
Lembaga itu mencatat 1.466 kasus diskriminasi dan rasisme sepanjang tahun 2010, dan 166 kasus diantaranya berkaitan dengan latar belakang agama. Prosentase tertinggi, yaitu 84 % dari kasus-kasus itu berkaitan dengan Islam, sementara kasus-kasus dikriminasi berkaitan dengan agama Kristen dan Yudaisme, hanya 2 % saja.
Laporan CEOOR menyebutkan, dua per tiga kasus diskriminasi dan rasisme yang berhubungan dengan Islam, berlatar belakang islamofobia, yang dipicu oleh propaganda yang disebarkan lewat email dan dalam bentuk tekanan di tempat kerja. Tekanan di tempat kerja yang dialami seorang muslim berupa pengucilan atau provokasi yang dilontarkan secara verbal.
Menurut laporan tersebut, tekanan itu terjadi karena kebijakan administrasi perusahaan di Belgia bersikap bahwa "tidak ada tempat untuk agama di tempat kerja." Sengketa berlatar belakang agama, khususnya yang berkaitan dengan Islam, kebanyakan diselesaikan dengan cara memindahkan pegawai yang muslim tadi ke departemen lain, atau memecat pegawai bersangkutan.
Dari laporan CEOOR juga menunjukkan, 50 % kasus-kasus diskriminasi berlatar belakang agama, ternyata erat hubungannya dengan sikap media massa yang kerap memublikasikan atau menyiarkan informasi yang bias terhadap agama atau komunitas agama tertentu. Dalam kasus ini, kebanyakan yang menjadi korban adalah komunitas Muslim.
Secara keseluruhan CEOOR menyatakan, kasus-kasus diskriminasi dan rasisme yang terjadi sepanjang tahun 2010, meningkat sekitar 25 % dibandingkan tahun 2009. CEOOR juga memublikasikan di situsnya, daftar perusahaan di Belgia yang masih enggan menerima pegawai non-Belgia. (kw/TZ)