Di Balik Bantuan Pangan Internasional Di Dunia Ketiga


Mengapa kaum Mujahidin dimanapun—terutama di negara-negara yang tengah diduduki atau terlibat konflik—selalu menolak bantuan pangan internasional?

Baru-baru ini kritik media internasional banyak ditujukan pada kaum Mujahidin karena mereka sering sekali memutuskan pasokan utama bantuan kemanusiaan. Akibatnya, reputasi mereka semakin dibuat buruk saja. Misalnya saja di Somalia.

Salah satu alasan utama bahwa Mujahidin memerintahkan mengakhiri bantuan kemanusiaan di Somalia adalah bahwa merupakan medium untuk propaganda PBB. PBB dan negara-negara anggotanya sering menggunakan LSM dalam rangka untuk mengumpulkan intelijen pada gerakan-gerakan di negara-negara dunia ketiga, dan tidak terkecuali Somalia. Anda harus ingat bahwa mata-mata di dunia nyata, tidak seperti mata-mata di film-film Hollywood. Seorang mata-mata di dunia nyata adalah seseorang yang biasanya mengambil beberapa gambar dari ‘spot-spot yang mencurigakan,’ tingkat perkiraan pasukan, dan hal-hal serupa lainnya yang hanya bisa diperlukan dalam tingkat akses dasar, bukan untuk pangkalan militer rahasia, tetapi kota-kota mereka sendiri.

Makanan dari WFP (World Food Program) PBB juga datang dengan bendera Amerika di atasnya. Bagaimana menurut Anda, perasaan presiden AS Barack Obama jika kopinya disajikan dalam mug dengan bendera hitam Mujahidin di atasnya? Melihat bendera musuh Anda pada makanan Anda tentu sangat mematahkan semangat, dan mengurangi kepercayaan masyarakat.

Lebih dari sebulan yang lalu, komandan Al-Shabaab mengadakan pertemuan dengan petani setempat. Kesimpulan bulat dari pertemuan ini adalah bahwa Program Pangan Dunia PBB menghancurkan kemampuan mereka untuk bercocok tanam. Al-Shabaab memerintahkan PBB untuk berhenti membagi-bagikan makanan gratis di pasar-pasar domestik di mana tanaman dijual, karena ini membuat petani yang menjalankan Somalia terlempar dari bisnis.

Jika para petani keluar dari bisnis karena "bantuan" asing, maka akant ercipta situasi di mana jumlah rakyat yang lebih besar menjadi tergantung pada "bantuan" itu. Kelompok pertama orang-orang yang dienyahkan adalah para petani itu sendiri. Mereka kehilangan pekerjaan mereka, sehingga mereka menjadi tergantung pada makanan gratis karena mereka tidak memiliki pendapatan. Selanjutnya, untuk setiap petani yang kehilangan pekerjaan, maka pemilik toko, kasir, tukang sapu, penyedia transportasi, dan orang lain yang akan terlempar dari bisnis.

Lihatlah di Haiti. Bahkan sebelum terjadi gempa saja, negara ini telah berubah dari 100% mandiri dalam produksi makanan, menjadi negara yang 80% bergantung pada bantuan pangan asing, hanya dalam beberapa tahun terakhir.

Tidak heran kemudian jika kaum mujahidin di Somalia, misalnya mulai mengusir WFP, karena tidak setuju dengan praktik pembagian makanan itu. Sekarang, mungkin WFP jauh dari kegiatan mata-mata, tapi efeknya terus bergulir semakin besar. (sa/mb)