Di Balik Agresi Israel ke Libanon, AS Pasok Senjata untuk Wujudkan Ambisinya

Mau tahu apa yang dilakukan Amerika Serikat atas kebrutalan Israel di Libanon? Bukannya mengecam, negara Paman Sam ini malah mengangkat dua jempol sebagai pujian atas kekejaman Israel di Libanon. AS bahkan membantu Israel dengan mengirimkan bom-bom berpresisi tinggi.

Sejumlah pejabat Israel, seperti diberitakan surat kabar Haaretz terbitan Minggu (23/7) mengatakan, bahwa Israel memuji serangan Israel ke Libanon dalam sepekan ini.

Sementara al-Jazeera, mengutip pernyataan sejumlah pakar Israel melaporkan, serangan-serangan Israel yang makin meluas sepanjang sepekan ini, bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi pasukan darat Israel memasuki wilayah selatan Libanon.

Di balik itu semua, terungkap bahwa AS ternyata menyimpan ambisi di balik agresi Israel ke Libanon. Tak heran kalau negara yang mengaku paling demokratis ini, mendukung penuh kebrutalan Israel di Libanon.

Beberapa pejabat Israel yang tidak mau disebut jati dirinya mengungkapkan, Menlu AS Condoleezza Rice yang tiba di Tel Aviv, hari Minggu, membicarakan sejumlah kemungkinan dengan para pemimpin Israel untuk mengakhiri konflik dan setelah itu, AS akan mulai merencanakan membentuk pemerintahan baru di Libanon.

Rice, kata sejumlah sumber tadi, akan kembali ke Israel minggu depan. Berpura-pura akan menerapkan gencatan senjata, untuk menutupi ambisi sesungguhnya yang ingin ‘menguasai’ Libanon.

Selain itu, menurut sumber para pejabat Israel tadi, kunjungan Rice bertujuan untuk memformulasikan sebuah kesepakatan guna mengakhiri pertempuran dan menggalang kekuatan internsional untuk memaksa Dewan Keamanan PBB memberlakukan Resolusi nomor 1559, yang isinya memerintahkan perlucutan senjata semua kelompok pejuang di Libanon dan pengerahan pasukan militer Libanon di sepanjang perbatasan Israel.

Sebelumnya, pada Jumat (21/7) Rice menyatakan menolak seruan dunia internasional agar segera dilakukan gencatan senjata. Ia mengatakan, dunia sedang menyaksikan ‘perihnya kelahiran sebuah Timur Tengah yang baru’ dalam pertikaian antara Israel dan Hizbullah.

Para pakar berpendapat, pernyataan Rice itu merupakan isyarat akan adanya perang regional yang makin meluas untuk menciptakan sebuah Timur Tengah yang baru dan tentu saja yang sesuai dengan keinginan AS.

Dalih yang digunakan AS untuk mewujudkan ambisinya itu, tentu saja isu teroris, seperti yang berulang kali dilontarakan para pejabat pemerintahan AS. Dalam pidato mingguannya di radio, Presiden George W. Bush mengatakan, kunjungan Rice itu untuk mempertegas bahwa ‘pemecahan krisis harus dilakukan dengan menghancurkan kelompok teroris yang menembakkan roket-roketnya serta menghancurkan negara-negara yang mendukungnya.’ Dalam hal ini, Bush merujuk pada negara Suriah dan Iran.

AS Kirim Bom Presisi Tinggi

Surat kabar The New York Times (NWT) edisi Sabtu (22/7) melansir pernyataan sejumlah pejabat AS yang mengungkapkan bahwa pemerintahan Bush memutuskan untuk mengirimkan bom-bom berpresisi tinggi untuk membantu Israel, meski harus melalui perdebatan keras di Gedung Putih.

Sumber-sumber pejabat AS tadi mengatakan, bom-bom itu merupakan bagian dari paket penjualan senjata AS ke Israel yang sudah disepakati tahun 2005 lalu. Namun sejumlah pejabat militer AS mengatakan, permintaan untuk segera mengirimkan bom-bom itu aneh dan mengindikasikan bahwa Israel masih punya ambisi untuk menyerang banyak target di Libanon.

Sumber di kalangan pejabat AS mengatakan, pengiriman bom-bom itu dilakukan diam-diam dan merupakan keputusan pemerintahan Bush, termasukan mengirimkan sejumlah agen intelejen AS dan Israel.

Salah seorang sumber pejabat AS, pada NWT mengatakan, bom-bom yang dikirim ke Israel hanya contoh kecil dari banyaknya persenjataan yang sejak lama dipasok AS ke Israel.

Lebih lanjut NWT melaporkan bahwa pihak Pentagon dan pejabat militer AS menolak memberikan penjelasan secara detil, berapa banyak dan senjata jenis apa saja yang dikirim AS ke Israel. Namun seorang pejabat AS memberikan gambaran, persenjataan yang dikirim AS sekarang tidak bisa dibandingkan dengan pengiriman senjata yang pernah dilakukan AS untuk membantu Israel dalam perang Arab-Israel pada tahun 1973. (ln/aljz/iol)