Desmond Tutu: Krisis di Ghaza Konspirasi Barat dan Zionis Israel

Ketua Tim Pencari Fakta Kasus Serangan Israel terhadap warga Palestina di Beit Hanoun, Desmond Tutu mengatakan, penderitaan yang dialami rakyat Palestina saat ini adalah hasil persekongkolan negara-negara Barat dengan rezim Zionis Israel. Ia menuding Barat, seperti AS dan negara-negara Eropa telah dengan sengaja membiarkan kekejaman Israel atas rakyat Palestina untuk menebus kesalahan mereka atas tragedi holocaust

"Rakyat Palestinalah yang sekarang menebus dosa-dosa yang dilakukan Barat atas tragedi holocaust. Saya pikir sudah saatnya negara-negara Barat bertobat atas persekongkolan jahat yang mereka lakukan terhadap rakyat Palestina, " tukas Tutu pada para wartawan di Jenewa-markas besar Dewan Hak Asasi Manusia PBB-saat menyampaikan laporan hasil kerjanya sebagai ketua tim pencari fakta kasus pengeboman Israel terhadap warga Palestina di Beit Hanoun.

Rakyat Palestina, terutama di Jalur Ghaza mengalami krisis kemanusiaan yang mendalam sejak rezim Israel menutup semua perbatasan di wilayah itu sejak bulan Juni 2007. Israel juga melarang pengiriman suplai makanan, obat-obatan serta bahan bakar minyak.

Tindakan Israel mengisolasi Jalur Ghaza mendapat dukungan AS dan Uni Eropa, sehingga menyulitkan transfer bantuan dana ke Ghaza yang diberikan oleh negara-negara Arab serta lembaga-lembaga bantuan internasional lainnya. Bantuan-bantuan itu sampai saat ini masih menumpuk di perbatasan Mesir-Jalur Ghaza, tidak bisa masuk ke wilayah itu karena perbatasan-perbatasan ditutup.

Tutu, yang pernah menerima hadiah nobel perdamaian atas aktivitas anti-apatheidnya mengecam Barat sama sekali tidak mengambil tindakan atas kejahatan Israel, sebagai bentuk simpati mereka pada tragedi holocaust yang menimpa orang-orang Yahudi di masa lalu.

Pada Dewan HAM PBB, Tutu mengatakan bahwa dunia internasional telah gagal dalam menjalankan perannya dalam menangani penderitaan yang dialami rakyat Palestina di Ghaza akibat blokade Israel.

"Sikap diam dunia internasional terhadap apa yang terjadi di Ghaza, adalah sikap yang paling menyakitkan. Sikap diam itu menjadi bagian keterlibatan dunia internasional atas krisis kemanusiaan di Ghaza, " tandas Tutu.

"Saya hanya bisa berharap, masyarakat biasa di Barat membuak mata dan mengatakan ‘kami menolak menjadi bagian dari krisis ini’, " tukas Tutu. (ln/iol)