Departemen Luar Negeri AS rupanya memantau situs-situs berupa blog-blog pribadi milik orang-orang Arab dan umat Islam yang mengkritisi kebijakan-kebijakan AS. Oleh sebab itu, Deplu AS kini menetapkan kebijakan baru-sebagai bagian dari kegiatan diplomasinya-untuk ikut merespon postingan-postingan di blog-blog terutama yang banyak membahas masalah-masalah Timur Tengah.
Deputi Kordinator Biro Program Informasi Internasional Deplu AS, Duncan MacInnes mengatakan langkah itu mereka lakukan sebagai "jembatan" untuk mengimbangi kritikan-kritikan terhadap AS yang disampaikan lewat situs-situs pribadi di Timur Tengah. "Anda tidak bisa cuma bicara, Anda harus punya apa saya sebut sebagai jembatan. Ini adalah kebijakan kami, " ujar MacInnes seperti dilansir surat kabar Washington Post, edisi Senin (19/11).
Kebijakan semacam ini sebenarnya sudah dirintis Deplu AS sejak setahun lalu, ketika Deplu AS membentuk apa yang disebut "Digital Outreach Team." Deplu AS mempekerjakan tiga orang yang fasih berbahasa Arab untuk menyampaikan pandangan-pandangan AS sekaligus mengkritisi blog-blog berbahasa Arab yang cukup berpengaruh dan blog-blog lainnya yang ada di dunia maya.
Ketiga orang yang dipekerjakan Deplu AS itu menyebut diri mereka staff departemen luar negeri dan memposting pernyataan-penyataan Deplu AS ke sejumlah situs-situs Arab. Situs-situs yang menjadi target mereka adalah situs-situs yang lalu-lintasnya ramai dan fokusnya adalah membahas kebijakan-kebijakan AS. Para blogger Deplu AS ini kadang ikut diskusi-diskusi di blog-blog tersebut, terutama jika membahas isu-isu penting, misalnya tentang motivasi AS menginvasi Irak. Begitu ada orag yang mengemukakan teori bahwa perang AS di Irak untuk membantu sekutu utama AS yaitu Israel atau untuk mengamankan sumber minyak, para blogger bayaran Deplu AS ini akan muncul.
"Tugas kami adalah menunjukkan pada mereka, bukan itu motivasi AS menyerang Irak, " kata MacInnes.
Kalangan pejabat di Departemen Luar Negeri AS mengatakan bahwa nge-blog merupakan alternatif dari teknik diplomasi mereka, karena nge-blog lebih bergaya kasual. "Para bloger Deplu AS, bisa menyampaikan pendapat dengan idiom dan bahasa setempat, mereka memiliki referensi budaya dan terkadang mampu berdialog secara terbuka dan dalam suasana yang tidak formal, " papar MacInnes. Meskipun kadang para blogger Deplu AS itu diblok atau dicaci maki, ketika mereka mengungkapkan afiliasi mereka.
MacInnes menambahkan, tujuan lain dari diplomasi lewat blog adalah meredam kecaman-kecaman tajam yang muncul di internet, ketika seorang tokoh AS melontarkan pernyataan-pernyataan yang menyinggung warga Arab dan umat Islam. Misalnya ketika muncul istilah "Islam fasis" yang dilontarkan Presiden George W. Bush.
Setelah setahun membentuk "Digital Outreach Team", Deplu AS menambah tenaga bloggernya, tiga orang yang fasih berbahasa Arab, dua orang berbahasa Parsi dan seorang berbahasa Urdu. Para blogger itu juga kadang bekerja untuk situs resmi Departemen Pertahanan AS.
"Ini adalah wilayah di mana kita kini bergerak. Kami bekerjasama dengan Departemen Luar Negeri, " kata Kapten Angkatan Laut AS dan asisten deputi komunikasi Dephan AS, Kapten Hal Pittman. (ln/iol)