Demi alasan keamanan, Kamis (13/07/06) pemerintah Mesir meminta anggota Biro Politik Gerakan Perlawanan Islam Hamas Muhammad Nazal untuk meninggalkan negaranya. Pihak Kairo mengkhawatirkan hidup Nazal setelah ada ancaman serius terhadap semua pemimpin Hamas oleh intelijen luar negeri Israel Mossad.
Sumber dekat utusan Hamas yang menyertai pemimpin politik gerakan Hamas ini mengatakan, pihak Mesir telah menyakinkan Nazal agar meninggalkan negaranya setelah mendapatkan informasi bahwa nyawa Nazal dalam ancaman bahaya.
Nazal, pemimpin politik Hamas yang tinggal di Damaskus, Suriah, ini sampai di Kairo hari Selasa (11/07) dan telah berniat untuk berada di Mesir selama beberapa hari setelah mengadakan pembicaraan dengan Direktur Intelijen Mesir, Umar Sulaiman.
Seperti dilansir kantor berita aljazeera, pemerintah Mesir telah membatalkan konferensi pers yang telah dijadwalkan untuk Nazal karena alasan keamanan yang tidak ditentukan. Pihak pemerintah merekomendasikan kepada Nazal agar “naik pesawat pertama yang menuju Damaskus.”
Menurut sumber dekat Nazal yang menukil dari pemerintah Mesir, nama Nazal sudah masuk dalam daftar target operasi pembunuhan Israel.
Mesir sendiri memainkan peran mediator antara Israel dan Hamas untuk mensukseskan proses pertukaran tahanan Palestina dengan serdadu Israel yang ditawan pejuang Palestina, Ahad (25/06) lalu.
Sebelumnya Nazal tegas menyatakan bahwa Kairo berupaya meyakinkan gerakannya untuk menerima penawaran Israel yang menuntut pembebasan serdadunya dengan imbalan janji pembebasan tahanan Palestina setelah itu. Namun Hamas menegaskan pihaknya tidak percaya dengan segala janji yang ditawarkan Israel. Karena penjajah ini sudah dikenal dengan pelanggaran terhadap segala janji dan kesepakatan yang pernah dilakukan. (was/aljzr)