Deklarasi Damaskus, Kaji Ulang Perdamaian dengan Israel dan Kecam Islamofobia

Para pemimpin negara-negara Arab menyatakan mereka akan meninjau kembali tawaran perdamaian dengan Israel yang mereka ajukan pada tahun 2002 lalu, kecuali rejim Zionis mengubah perilakunya terhadap bangsa Palestina.

Tawaran damai negara-negara Arab dengan Israel yang dikenal dengan "Inisiatif Arab 2002" mengajukan syarat agar Israel menarik diri dari seluruh wilayah yang dirampasnya saat perang tahun 1967.

"Bagi pihak Arab, melanjutkan inisiatif perdamaian terkait erat dengan komitmen Israel dengan kerangka resolusi internasional untuk mencapai perdamaian, " demikian salah satu hasil pertemuan tingkat tinggi Liga Arab yang berlangsung selama dua hari kemarin di Damaskus.

Ketua Liga Arab Amr Moussa dalam keterangan persnya, Minggu (30/3), mengatakan pengkajian ulang atas inisiatif Arab kemungkinan akan dilakukan mulai pertengahan tahun ini. Deklarasi Damaskus juga menyatakan dukungannya terhadap Presiden Mahmud Abbas dan mengatakan bahwa status Jalur Ghaza "harus dikembalikan" seperti sebelum Hamas mengontrol penuh wilayah itu, dengan memaksa keluar pasukan keamanan yang loyal dengan Presiden Abbas pada bulan Juni lalu.

Pertemuan tingkat tinggi Liga Arab yang berakhir hari Minggu kemarin juga menyoroti makin meningkatnya Islamofobia di seluruh dunia. Setelah kasus pemuatan kembali kartun-kartun yang melecehkan Rasulullah oleh media massa Denmark, umat Islam kembali diprovokasi oleh film "Fitna" yang melecehkan al-Quran, buatan anggota parlemen Belanda Geert Widlers yang dikenal sebagai tokoh anti-Islam.

Dalam deklarasi hasil pertemuan disebutkan, "Makin meningkatnya serangan terhadap Islam dan makin meningkatknya Islamofobia menjadi sumber keprihatinan yang mendalam. Khususnya, tindakan-tindakan yang menyinggung hati umat Islam, makin meningkat justru di negara-negara yang dikenal karena kepluralannya dan penerimaan mereka terhadap perbedaan."

Selanjutnya disebutkan, "Makin terpolarisasinya dunia, membutuhkan kerja yang lebih keras lagi untuk mengurangi makin meningkatkan jurang pemisah antara kebudayaan dan peradaban."

Deklarasi itu juga menyerukan kordinasi antara Liga Arab dan Organisasi Konferensi Islam (OKI) untuk mengantisipasi fenomena tersebut, termasuk ketidakpedulian dan rasisme yang ditujukan terhadap Islam, agama yang moderat dan sangat toleran.

Irak Tolak Deklarasi

Pertemuan tingkat tinggi Liga Arab kali ini diwarnai dengan boikot sejumlah negara anggotanya. Beberapa negara seperti Mesir dan Arab Saudi hanya mengirimkan utusannya dari pejabat level rendah ke pertemuan yang seharusnya dihadiri oleh para pimpinan negara-negara Liga Arab. Sedikitnya, hanya setengah dari 22 negara anggota Liga Arab yang mengirimkan pimpinan negaranya ke pertemuan tersebut.

Sementara itu, Irak menyatakan menolak menandatangani Deklarasi Damaskus karena deklarasi itu tidak mengecam aksi-aksi "terorisme" yang terjadi di Irak. "Deklarasi itu tidak memasukkan upaya pemerintah Irak untuk menggalang rekonsiliasi nasional dan tidak mengutuk terorisme dan kekerasan yang terjadi di Irak, " kata Adil Abdul Mahdi, wakil presiden Irak.

Meski Irak keberatan mendukung Deklarasi Damaskus, para pimpinan negara-negara Arab meminta saudara-saudara mereka di Irak untuk segera menghentikan pertumpahan darah dan menyelamatkan nyawa warga sipil tak berdosa serta menuntut penarikan secepatnya pasukan asing dari Negeri 1001 Malam itu. (ln/aljz/al-arby)