Aksi kekerasan yang makin meningkat di wilayah Darfur, Sudan, mengakibatkan ratusan ribu rakyatnya terancam kelaparan dan bahaya penularan penyakit dalam waktu satu minggu ini. Kepala bantuan kemanusiaan PBB, Jan Egeland mengungkapkan kekhawatirannya bahwa Darfur akan kembali menjadi ‘neraka’ seperti pada awal tahun 2004 lalu, ketika wilayah itu menjadi ‘arena pembantaian di dunia’. Namun operasi operasi kemanusiaan yang dilakukan pada saat itu berhasil menyelamatkan banyak nyawa di Darfur.
"Namun tahun 2006 kelihatannya akan membawa kita kembali ke tahun 2004. Kami mengalami kemunduran setiap harinya dalam melakukan operasi bantuan kemanusiaan yang menjadi penyambung hidup bagi 3 juta rakyat Darfur," kata Egeland mengingatkan.
Faktor utama yang mengganggu operasi bantuan kemanusiaan itu, menurut Egeland, situasi keamanan yang makin memburuk, yang membahayakan puluhan ribu warga sipil dan sekitar 14.000 pakerja sosial yang tidak bersenjata. Mereka menghadapi ancaman tindak kekerasan dari kelompok milisi Arab, pasukan pemerintah dan para bandit. Akibatnya, para pekerja sosial PBB dan organisasi bantuan lainnya, tidak bisa menjangkau lebih dari 300.000 orang di perbatasan Chad, di sebelah barat Darfur dan wilayah pegunungan di bagian tengah Jabal Marra, karena kondisinya terlalu berbahaya.
"Ini adalah area-area yang tidak bisa dijangkau. Tingkat kematian di wilayah ini akan meningkat tajam karena tidak yang bisa diharapkan di sana kecuali dari bantuan internasional," ujar Egeland. Ia memperkirakan hal itu akan terjadi dalam minggu-minggu ini.
Sedikitnya 180.000 orang tewas-bahkan ada yang memperkirakan lebih besar dari jumlah itu-dan 2 juta orang lainnya mengungsi sejak pecah pemberontakan oleh kelompok etnis di Darfur pada 2003 lalu. Pemerintaha Sudan yang didominasi Arab diduga telah memberikan dukungan dengan membiarkan kelompok milisi Arab yang dikenal dengan sebutan Janjaweed melakukan pembersihan etnis terhadap warga Afrika di desa-desa.
Egeland mengatakan, kekerasan bisa dihentikan segera jika pemerintah dan kelompok pemberontak menyetujui usulan gencatan senjata yang diajukan oleh mediator dari Uni Afrika pada hari Minggu (12/3) kemarin.
Egelan menyerukan negara-negara donor internasional untuk mengucurkan bantuannya bagi 3 juta rakyat Darfur guna memenuhi kebutuhan makanan dan pelayanan kesehatan, dan 3 juta jiwa lainnya di wilayah lain di negeri itu yang masih membutuhkan bantuan kemanusiaan. Tahun ini, PBB baru mengucurkan seperlima dari 1,7 milyar dollar AS dana bantuan untuk Sudan, termasuk 650 juta dollar untuk Sudan.
"Ini merupakan test-case bagi dunia untuk tidak mengalami lagi tragedi Rwanda dan hilangnya lebih banyak lagi nyawa manusia tak berdosa. Yang sama pentingnya adalah penanganan masalah keamanan," kata Egeland. (ln/arabworldnews)