eramuslim.com – Kabinet Perang yang digagas Perdana Menteri Benjamin Netanyahu selama agresi Israel ke Palestina mulai terancam bubar, menjadikan posisinya di ujung tanduk.
Sejumlah menteri di kabinet itu disebut mulai meninggalkan Netanyahu.
Menteri-menteri di Kabinet Perang, antara lain Menteri Pertahanan Yoav Gallant dan menteri tanpa jabatan Benny Gantz dikabarkan mulai tak sejalan dengan Netanyahu.
Konferensi pers yang diselenggarakan oleh Netanyahu beberapa hari lalu, tidak dihadiri oleh Menteri Pertahanannya Yoav Gallant. Berbagai pihak menduga terjadi perselisihan diantara kedua pemimpin tersebut.
“Saya menyarankan kepada menteri pertahanan malam ini untuk mengadakan konferensi pers bersama, dan dia memutuskan apa yang dia putuskan,” ungkap Netanyahu, dikutip dari Middle East Monitor.
Konflik antara Netanyahu dan para menterinya semakin nyata seiring dengan berlanjutnya agresi di Gaza dengan dalih menumpas Hamas.
Netanyahu berusaha meyakinkan masyarakat bahwa para pemimpin Israel saling bekerja sama dalam menghadapi perang di Gaza.
Netanyahu berusaha untuk mencegah Kabinet Keamanan Israel, termasuk Gallant dan Gantz menerima pujian atas kembalinya 110 warga Israel yang disandera Hamas.
Salah satu foto yang diambil saat konferensi pers pekan lalu viral di media sosial karena memperlihatkan Netanyahu yang sendirian, sedangkan Gallant dan Gantz berdiri bersama di samping, dikutip dari Alshar Al-Awsat.
Ketika awal terbentuknya kabinet perang, masyarakat dikejutkan dengan keterlibatan Benny Gantz. Gantz yang berhaluan moderat dikenal bersaing secara politik dengan Netanyahu untuk memperebutkan kursi pemerintah.
Menteri Perekonomian Nir Barkat juga menyatakan tidak akan mendukung penambahan anggaran pemerintah pada masa perang yang dibahas di Knesset pada Rabu (29/11).
Barkat menolak rencana anggaran dana tersebut karena tidak akan cukup memenuhi kebutuhan perekonomian di masa perang dan akan menimbulkan keruntuhan ekonomi, dikutip dari Times of Israel.
Gantz juga menolak anggaran tersebut karena merasa tidak nyaman membiarkan dana yang dijanjikan secara politik mengalir ke kebutuhan perang.
Sikap Nir Barkat yang jadi salah satu tokoh senior partai sayap kanan itu ingin perubahan di tubuh organisasi. Karena hal tersebut, Nir Barkat menyatakan bakal meninggalkan Netanyahu.
“Setelah perang, kami harus memberikan kepercayaan baru pada rakyat,” kata Barkat.
Pernyataan Barkat juga sekaligus memperkuat keinginannya untuk merebut kursi kepemimpinan partai.
Hubungan komunikasi antara Barkat dan Netanyahu tampaknya mulai putus dengan tidak adanya pembicaraan antara keduanya sejak pertemuan beberapa pekan lalu. (sumber: CNNindonesia)