Pasukan AS bersama pasukan Irak Kamis (16/3) melakukan serangan udara paling besar sepanjang invasi AS di Irak, dengan target tempat-tempat persembunyian kelompok pejuang Irak di utara Baghdad.
Menurut Militer AS, serangan udara yang diberi nama Operasi Swarmer, bertujuan untuk membersihkan ‘wilayah yang dicurigai menjadi tempat operasi para pejuang Irak’ di timur laut kota Samarra. Operasi ini akan dilakukan sampai beberapa hari mendatang. Pernyataan resmi militer AS menyebutkan, lebih dari 1.500 pasukan Irak dan pasukan koalisi, 200 kendaraan taktis dan lebih dari 50 pesawat tempur dikerahkan untuk operasi ini.
Kota Samarra terletak kurang lebih 95 km sebelah utara Baghdad, tempat masjid emas milik Muslim Syiah berada. Masjid itu dibom pada 22 Februari lalu yang memicu bentrok sektarian yang mengakibatkan lebih dari 500 orang tewas dan ratusan orang lainnya luka-luka.
Samarra adalah kota utama di provinsi Salahuddin, salah satu wilayah yang disebut segitiga Sunni dan menjadi pusat aktivitas para pejuang Irak sejak invasi AS ke negeri 1001 malam itu tiga tahun yang lalu.
Menteri Luar Negeri sementara Irak Hoshyar Zebari mengatakan, operasi Swarmer yang digelar pasukan gabungan Irak dan AS sangat penting untuk mencegah para pejuang Irak membentuk tempat menggalan kekuatan baru seperti yang mereka lakukan di Fallujah, sebelah barat Baghdad.
"Setelah Falluja dan sejumlah operasi pembersihan yang sukses di lakukan di Eufrat dan perbatasan Suriah, banyak pejuang Irak yang pindah ke wilayah dekat Baghdad. Mereka harus dicabut sampai ke akar-akarnya," kata Zebari.
Penduduk di utara kota Samarra mengungkapkan, tentara AS dan Irak dengan jumlah yang besar masuk ke kota itu dan ledakan-ledakan dengan intensitas besar bisa didengar dari jarak yang cukup jauh. Mereka mengatakan, operasi pembersihan terkonsentrasi di empat desa antara lain, Jillam, Mamlaha, Banat Hassan dan Bukaddaou-dekat jalan utama yang mengarah ke kota Adwar dari utara Samarra. Belum jelas, apakah operasi itu mendapatkan perlawanan atau apakan pesawat-pesawat tempur AS sudah melakukan sejumlah serangan.
Juru bicara pusat kordinasi bersama pemerintahan propinsi di dekat Dowr, Waqas al-Juwanya mengatakan, kelompok bersenjata yang tidak diketahui identitasnya eksis di wilayah itu. Mereka membunuh dan menculik aparat kepolisian, tentara dan warga sipil.
Mendekati akhir operasi di hari pertama, pihak militer mengklaim berhasil mendapatkan sejumlah tempat persembunyian senjata yang berisi bom-bom artileri, bahan-bahan pembuatan bom dan seragam militer.
Penemuan Mayat dan Ledakan Bom
Sementara itu, aparat kepolisian Irak menemukan kembali 29 mayat di sejumlah tempat di Baghdad pada Rabu dan Kamis malam kemarin. Letnan Kolonel Falah al-Muhammadawi mengungkapkan, mayat-mayat yang ditemukan itu semuanya berjenis kelamin laki-laki, beberapa di antaranya dalam kondisi tangan terikat dan dieksekusi dengan cara ditembak lalu dibuang di wilayah Muslim Sunni dan Syiah.
Selain penemuan mayat, aksi serangan bom juga masih terjadi di Irak. Sebuah bom yang diletakkan di jalan meledak pada Kamis kemarin dekat sebuah sekolah khusus puteri di Baquba, utara Baghdad, menewaskan tiga siswi sekolah itu yang berusia antara 12-13 tahun dan melukai dua siswi lainnya.
Pada hari yang sama, patroli AS di Mosul berhasil lolos dari ledakan bom, namun ledakan itu menewaskan seorang warga sipil dan melukai tiga orang lainnya. Polisi setempat melaporkan, aksi penembakan juga terjadi di kota itu, menewaskan 4 orang.
Di kota Ramadi, serangan AS menghancurkan rumah warga, setelah terjadi beberapa kali bentrokan antara kelompok pejuang dan pasukan AS.
AP Television menayangkan rekaman video pertempuran, di mana sebuah truk pengangkut terbakar dan tayangan di lokasi berbeda di mana seorang laki-laki yang tidak diketahui identitasnya terbunuh dilatarbelakangi bunyi tembakan. Militer AS, tidak memberikan merespon permintaan informasi atas aksi-aksi kekerasan sepanjang Kamis kemarin. (ln/aljz)