Dalai Lama, seorang tokoh agama Budha yang terkenal lewat perjuangannya yang anti kekerasan, mengungkapkan keprihatinannya terhadap nasib umat Islam yang selama ini diperlakukan tidak adil oleh masyarakat AS.
Keprihatinan itu disampaikan oleh utusan Dalai Lama, Tenzin Dhonden. Menurutnya, "Musuh tidak ada di luar sana, musuh itu ada di dalam diri anda. Bagaimana kita melihat sebuah agama, ada dalam pikiran kita. Namun agama itu sendiri adalah kebenaran, perdamaian dan harmoni."
Dua polling yang dilakukan belakangan ini menunjukkan hampir setengah dari rakyat AS memiliki pandangan yang negatif terhadap Islam dan satu dari empat warga AS memiliki sikap anti Islam yang ekstrim.
Belum lama ini, seorang penyiar radio dari kelompok Kristen Evangelis, Pat Robertson memicu kecaman dari kalangan Islam dan Kristen AS sendiri, karena pernyataannya yang anti Islam. Hal serupa juga pernah dilakukan oleh seorang komentator radio di Chicago, Paul Harvey pada tahun 2003. Ia mengatakan bahwa Islam ‘mendorong orang untuk membunuh.’ Akibat pernyataannya itu, Harvey menerima sejumlah pesan dari kalangan warga Muslim yang marah. Setelah itu, Harvey menarik ucapannya dan berbalik memuji Islam sebagai ‘agama yang damai.’
Terkait dengan tindak kekerasan yang selalu diidentikan dengan Islam, Jack Kornfield seorang pengajar agama Budha dan pendiri dari Spirit Rock Meditation di Marin Country mengatakan,"Bukan Islam yang melakukan kekerasan, tapi sekelompok ekstrimis dan orang yang tidak waras. Sejujurnya, anda menemukannya di setiap tradisi bahwa sekarang ini, media-media massa kita menyoroti mereka."
Sementara itu, penasehat dan pemuka Muslim di AS, Yusuf mengatakan, fundamentalisme agama kini sedang tumbuh di mana-mana. "Jika kita membiarkan agenda para ekstrimis mengarahkan kita, maka kita sedang menuju ke dunia yang sangat, sangat menakutkan," kata Yusuf.
"Kita adalah satu. Tidak ‘kami’ versus ‘mereka’ dalam hal ini. Kita sama-sama memiliki kelompok ekstrimis," sambungnya.
Polling yang dilakukan di negara-negara Muslim menunjukkan, ada sebagai umat Islam yang mendukung serangan 11 September, tapi di sisi lain banyak juga rakyat AS yang mendukung pengeboman terhadap kota suci Makkah.
"Lantas, siapa yang ektrimis?" tanya Yusuf.
Ia menyatakan, pertemuan dengan Dalai Lama akan menunjukkan bahwa Islam tidak menentang perdamaian. "Budhisme mungkin mendapat pemberitaan yang lebih baik oleh pers karena selalu diasosiasikan dengan anti kekerasan. Sementara Islam mendapatkan pemberitaan yang buruk karena selalu diasosiasikan dengan kekerasan," ujar Yusuf.
"Dengan memba keduanya bersama, kita mengatakan bahwa kita bisa hidup berdampingan dalam damai," sambungnya.
Para pemuka Islam di AS, pada Sabtu (15/4) melakukan pertemuan dengan tokoh perdamaian agama Budha, Dalam Lama. Harian San Francisco Chronicle melaporkan, pertemuan itu diharapkan bisa menghapus pandangan yang salah tentang Islam.
"Selama kita diam dan tidak berusaha menjelaskan, bahaya dan kesalahpahaman akan terus ada," kata Imam Mehdi Khorasani yang telah mengundang Dalai Lama dalam pertemuan antar pemuka agama di AS bertema ‘Gathering of Hearts Illuminating Compassion." (ln/iol)