Seorang da’i di Mesir mengungkap kasus-kasus pemurtadan oleh sejumlah pendeta-pendeta Kristen. Selain para pendeta, sejumlah warga negara asing yang memiliki bisnis ekspor impor di Mesir diduga juga terlibat dalam kegiatan pemurtadan itu dengan memberikan dana dengan jumlah besar.
Menurut Zaghloul Al-Naggar, pendeta-pendeta Kristen begitu aktif melakukan pemurtadan terhadap pemuda dan pemuda Muslim. Ia mengaku tahu tempat-tempat dan nama-nama tokoh-tokoh pemurtadan dari sejumlah remaja yang datang ke rumahnya dan menceritakan apa yang terjadi dengan mereka.
Al-Naggar menyebut seorang tokoh Kristen Makari Younan, yang diduga aktif dalam aktivitas pemurtadan tersebut. "Makari Younan tidak punya aktivitas lain, kecuali melakukan pemurtadan terhadap Muslim, " ujarnya pada harian independen Sawt al-Umma.
"Saya sebenarnya sudah akan menyebutkan nama-nama korban pemurtadan jika saja mereka tidak meminta saya untuk merahasiakan hal ini, " sambungnya.
Al-Naggar mengatakan para pendeta Kristen Koptik berusaha memanfaatkan orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang menderita sakit, dengan mengajak mereka untuk berpikir bahwa gereja akan menyelesaikan masalah hidup mereka. Ia juga mencurigai, Younan telah membangun 10 villa secara ilegal di tanah-tanah milik pemerintah di kawasan gurun antara Kairo dan Alexandria untuk melakukan aktivitas pemurtadannya. Pemerintah tahu tentang vila-vila itu tapi tidak melakukan tindakan apapun.
"Mereka mengasingkan para korbannya, sehingga tak satu pun teman atau kerabat yang bisa menghalangi aktivitas pemurtadan itu. Banyak di antara korban yang dibuatkan paspor dan dipindahkan ke Cyprus, dan selanjutnya dikirim ke Kanada, AS, Australia dan Selandia Baru, " papar Al-Naggar.
Namun apa yang diungkap Al-Naggar nampaknya tidak mendapat respon yang baik dari para pemuka Kristen Koptik di Mesir. Penasehat hukum Paus Shenouda III-pimpinan umat Kristen Koptik Mesir- Dr. Naguib Gebrael menyatakan akan menyampaikan komplain atas pernyataan-pernyataan Al-Naggar ke kantor Kejaksaan Agung. Ia menyampaikan pengaduan itu atas nama Gereja Koptik Ortodoks dan kapasitasnya sebagai presiden persatuan organisasi-organisasi hak asasi manusia di Mesir.
Gebrael menuding Al-Naggar telah menghasut. "Al-Naggar juga tampil di televisi dan mengatakan bahwa Alkitab bukanlah kitab suci dan tidak ditulis oleh Tuhan. Ia telah melecehkan umat Kristen, " kata Gebrael.
Al-Naggar diminta memberikan bukti-bukti atas klaimnya dan memberitahukan tempat-tempat yang disebutnya menjadi tempat pemurtadan Muslim.
Isu-isu pemurtadan merupakan isu yang sensitif di Mesir. Apalagi negara Piramida itu tidak memiliki data statistik resmi tentang jumlah pemeluk agama-agama di negeri itu. Diperkirakan jumlah pemeluk Kristen di Mesir sekitar 10 persen dari total jumlah penduduk.
Terkait pernyataan Al-Naggar tentang aktivitas pemurtadan, praktisi hukum di Mesir Nabih Al-Wahsh meminta agar dilakukan investigasi terhadap Muslim yang dipaksa memeluk agama Kristen. (ln/al-arby)