Agar lebih banyak mendapatkan sahabat dari negara-negara di kawasan Timur Tengah, Presiden Costa Rica memutuskan untuk memindahkan kantor kedutaan besarnya yang semula berada di Yerusalem ke Tel Aviv.
Presiden Oscar Arias yang pernah memenangkan hadiah nobel untuk perdamaian dan baru 100 hari menjadi presiden Costa Rica ini menyatakan,”Inilah saatnya untuk memperbaiki kesalahan yang dalam taraf internasional telah membuat kami sakit dan mencerabut kami dari hampir semua bentuk persahabatan dengan dunia Arab, dan yang lebih luas lagi dengan peradaban Islam.”
Negara-negara Arab menyambut keputusan Presiden Oscar Arias, tapi tidak demikian halnya dengan Israel. Presiden Arias menyatakan, deputi perdana menteri Israel, Shimon Peres telah menghubunginya pada Selasa (15/8) dan memintanya mempertimbangkan kembali keputusan pemindahan kantor kedubes itu.
Wilayah Yerusalem merupakan wilayah Palestina yang dianeksasi Israel saat perang Timur Tengah tahun 1967. Israel mencaplok wilayah itu sebagai salah satu upaya agar eksistensinya diakui secara internasional. Israel juga mengklaim Yerusalem sebagai ibukota Israel dan bagian yang tidak terpisahkan dengan Israel.
Hingga saat ini, 200 ribu warga Arab di Yerusalem Timur terjebak di tengah-tengah pertikaian Israel dan Palestina yang ingin merebut kembali wilayah tersebut dan menjadikannya sebagai ibukota negara Palestina merdeka di masa datang.
Pada tahun 1982, Presiden Costa Rica yang saat itu dijabat oleh Luis Alberto Monge, memindahkan kantor kedubesnya ke Yerusalem sebagai dukungan terhadap Israel.
Atas kembalinya kantor kedubes Costa Rica ke Tel Aviv, Presiden Arias menyatakan bahwa pemindahakan tersebut, seharusnya tidak ditafsirkan sebagai hinaan terhadap Israel yang secara historis memiliki hubungan dekat dengan Costa Rica.
“Sepanjang apa yang menjadi perhatian Costa Rica, hak untuk eksis dan hidup bebas dari ancaman, khususnya ancaman terorisme, adalah hal yang tidak diragukan lagi,” kata Arias, yang mendapatkan hadiah nobel perdamaian pada tahun 1987 atas perjuangannya mengakhiri perang sipil yang melanda kawasan Amerika Tengah. (ln/aljz)