Pada saat itu, Cordoba telah mampu menempatkan duta besarnya hingga ke negara yang amat jauh seperti India dan Cina. Pada era kejayaan itu, Cordoba mengalami kemajuan pesat dalam bidang pendidikan, ilmu pengetahuan dan intelektual. Pada masa kekuasaan Abrurrahman III, berdirilah Universitas Cordoba yang termasyhur dan menjadi kebanggaan umat Islam. Berbondong-bondong mahasiswa dari berbagai wilayah, termasuk mahasiswa Kristen dari Eropa menimba ilmu.
Dari universitas inilah, Barat menyerap ilmu pengetahuan. Salah satu mahasiswa Kristen yang menuntut ilmu di Spanyol adalah Gerbert d’Aurillac (945-1003), yang kemudian menjadi Paus Sylvester II. Selepas belajar matematika di Spanyol, dia kemudian mendirikan sekolah katedral dan mengajarkan aritmatika dan geometri kepada para muridnya.
Geliat pendidikan di Cordoba makin bersinar pada era pemerintahan Al-Hakam Al-Muntasir sehingga digelari Khalifah yang alim. Sebanyak 27 sekolah swasta berdiri pada masa itu. Gedung perpustakaan mencapai 70 buah menambah semarak perkembangan ilmu pengetahuan. Jumlah pengunjungnya mencapai 400 ribu orang. Padahal, volume kunjungan perpustakaan besar di Eropa lainnya, kala itu, paling tinggi mencapai 1.000 orang. Saat itu, terdapat 170 wanita yang berprofesi sebagai penulis kitab suci Alquran dengan huruf Kufi yang indah. Anak-anak fakir miskin pun bisa belajar secara gratis di 80 sekolah yang disediakan Khalifah. Pendidikan yang tinggi pun diimbangi dengan kesejahteraan masyarakatnya.
Pembangunan pun tumbuh pesat. Bangunan-bangunan berarsitektur megah bermunculan. Ketika malam tiba, jalan-jalan di kota hingga keluar kota diterangi lampu hias yang cantik dan anggun. Kota Cordoba pun terbebas dari sampah. Taman-taman nan indah menjadi daya tarik bagi para pendatang yang singgah di kota itu. Mereka bersantai di taman yang dipenuhi bunga dan tata landskap.
Cordoba juga dihiasi Istana Az-Zahra yang indah. Kota ini didirikan Kalifah Abdurahman III dan dilanjutkan Khalifah Alhakam II. Medina Azzahara, awalnya diperuntukan sebagai pusat pemerintahan Andalusia. Letaknya sekitar 5 km dari pusat kota Cordoba. Sejarawan berkebangsaan Turki, Zia Pasya melukiskan keindahan istana itu sebagai mukjizat yang belum pernah tergambar dalam benak pembangunan manapun sejak dunia ada.
Pada masa itu, di Cordova terdapat 283 ribu unit rumah tinggal, 900 kamar mandi umum, 800 unit sekolah serta 50 unit rumah sakit. Sebuah kota yang ideal. Pemerintahan Abdurrahman III telah menciptakan ketentraman bagi rakyatnya. Sepertiga dari penerimaan tahunan yang mencapai 6,245 juta keping emas digunakan untuk belanja negara. Sisanya, dialokasikan untuk pengembangan pertanian, industri dan perdagangan. Rakyat pun sejahtera.
Sayang, masa kejayaan itu hanya bertahan 320 tahun dan harus berakhir tragis. Dinasti Umayyah di Spanyol pun runtuh akibat pertikaian dan perebutan. Dinasti Umayyah digulingkan Dinasti Amiriyah. Hingga akhirnya pada 1031 M, Islam terusir dan terhapus dari Cordoba. (rol)