Pemerintah Cina mengklaim telah menerima laporan bahwa lebih dari 470 warga kota Urumqi, Xinjiang diserang dengan menggunakan alat suntik. Namun belum diketahui apakah suntikan itu kosong atau sudah diisi dengan zat-zat yang berbahaya.
Informasi ini dilansir oleh stasiun televisi Bingtuan yang berbasis di Xinjiang. "Sejak 20 Agustus, pemerintah Cina menerima laporan dari pusat pengendalian penyakit di Xinjiang bahwa ada ratusan orang yang diserang dengan menggunakan alat suntik," demikian laporan televisi Bingtuan, stasiun televisi yang dikelola oleh perusahaan Xinjiang Production dan Construction Corps, perusahaan semi militer di China.
Atas laporan ini, ratusan warga etnis Han Cina di Urumqi menggelar aksi unjuk rasa, menuntut pemerintah agar memberikan jaminan kemanan yang lebih baik bagi mereka. "Alasan kami melakukan protes, karena banyak orang yang menjadi korban penusukan dengan jarum suntik," kata seorang perempuan yang membuka usaha klinik kesehatan di Urumqi.
Terkait laporan adanya korban penyerangan dengan jarun suntik, aparat kepolisian Xinjiang sudah menangkap 15 orang yang dicurigai sebagai pelakunya. Empat orang diantaranya sudah dikenai dakwaan. "Jika mereka terbukti bersalah, akan dihukum berat," kata seorang polisi.
Kantor berita Cina, Xinhua melaporkan bahwa hampir seluruh etnis yang ada di Xinjiang, yang berjumlah sembilan etnis, menjadi korban penusukan termasuk termasuk etnis Han dan etnis Uighur Muslim. Meski demikian belum ada laporan bahwa para korban mengalami penyakit tertentu setelah mengalami serangan berupa penusukan jarum suntik.
Aparat berwenang Cina belum memberika penjelasan apa motif serangan dengan menggunakan jarum suntik ini dan apakah ada hubungannya dengan pertikaian sektarian antara etnis Han dan etnis Uighur Muslim di Urumqi bulan Juli lalu yang menewaskan hampir 200 orang.
Sementara itu, hari Kamis kemarin, otoritas pemerintahan Cina di Xinjiang melarang etnis Uighur Muslim untuk keluar rumah terkait aksi unjuk rasa etnis Han hari ini. Larangan itu diduga juga ada hubungannya dengan sikap pemerintah Cina yang menolak bicara dengan pimpinan Muslim Uighur yang saat ini berada di pengasingan di AS, Rabiya Kadeer.
"Kadeer tidak pantas bicara dengan pemerintah Cina," demikian penegasan Jubir pemerintah Xinjiang, Hou Hanmim.
Sebelumnya, Kadeer menawarkan dialog untuk membahas reformasi politik di Xinjiang. "Saya siap berdialog dengan pemerintah Cina untuk membahas kebijakan-kebijakan mereka selama 60 tahun ini dan melakukan reformasi politik," kata Kadeer, saat berbicara di depan komite hak asasi manusia parlemen Eropa di Brussel.
Pada kesempatan itu Kadeer menyatakan bahwa sudah saatnya pemerintah Cina membuka dialog dengan dirinya, dengan Dalai Lama dan dengan semua pemimpin komunitas diluar etnis Han, yang selama ini ditindas dan dipenjarakan karena berbeda pandangan dengan pemerintah. (ln/iol/channelnewsasia)