eramuslim.com – Orang-orang Yahudi Keifeng, keturunan pedagang Persia yang tiba di Cina pada abad ke-11, berjuang untuk diakui sebagai orang Yahudi, baik di negeri yang mereka tinggali dan ataupun di Israel.
Ada lima agama resmi di Cina, dan dan terdapat 55 golongan minoritas yang resmi. Orang-orang Yahudi tidak berada di bawah salah satu kategori tersebut, namun sekelompok kecil orang Yahudi berada di Kaifeng, mereka adalah keturunan pedagang Persia yang datang sekitar abad ke-11 ke Cina, demikian Wall Street Journal melaporkan pada hari Selasa kemarin.
Orang-orang Yahudi berjuang untuk mendapat pengakuan baik di negeri yang mereka tinggali dan juga di luar negeri. Sebenarnya pemerintah Cina menolak untuk mengakui warisan Yahudi, mengklaim tidak ada orang Yahudi Cina, dan pemerintah Israel sendiri membutuhkan seorang rabi untuk mengakui Yahudi Cina.
“Mereka mungkin berasal dari keturunan Yahudi, tetapi mereka bukan orang Yahudi,” kata Rabi Shimon Freundlich, yang mengurus Gedung Chabad ortodoks di Beijing, seraya menambahkan “belum ada komunitas Yahudi di Kaifeng selama 400 tahun.”
Meskipun demikian, banyak orang Yahudi Kaifeng harus berpegang teguh pada tradisi tertentu, meskipun signifikansinya tidak diketahui.
“Dalam keluarga kami, kami tidak makan babi, itu sudah pasti,” kata Nina Wang, 24 tahun Kaifeng asli, yang sekarang tinggal di Israel dan diakui sebagai Yahudi ortodoks, kepada Wall Street Journal. Keluarganya telah melewati proses menorah dan Kiddush, katanya, “tapi kami tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan hal-hal tersebut.”
Orang-orang Yahudi Kaifeng harus melangkah dengan hati-hati karena Cina melarang kegiatan keagamaan yang tidak sah, dan mereka jarang memiliki “minyan” (10 orang laki-laki, jumlah minimal yang diperlukan untuk melakukan ritual doa Yahudi).
Maka tidak heran, Yahudi Cina mengenakan pakaian tradisional Cina. Mereka juga merayakan Paskah di restoran, meskipun beberapa membawa Matzah yang dikirim dari Hong Kong.