CIA: Perempuan Afghanistan Sebagai Alat Propaganda Menarik Dukungan Warga Eropa

Ini memang sudah berlalu beberapa waktu lalu. Tapi, seorang pakar CIA (Central Intelligence Agency) menyerukan untuk merekrut wanita Afghan di untuk menjadi alat propaganda membujuk Eropa yang semakin skeptis mendukung upaya perang yang dipimpin NATO, menurut dokumen yang bocor.

"Wanita Afghan bisa berfungsi sebagai utusan yang ideal dalam misi kemanusiaan, terutama di Prancis," menurut analisis CIA, yang dipostingkan di WikiLeaks, sebuah situs web whistleblower.

Pandangan perempuan Afghanistan akan membawa beban khusus yang bisa diekspresikan sebagai "aspirasi untuk masa depan, dan ketakutan mereka akan kemenangan Taliban," katanya.

CIA menolak untuk mengkonfirmasi atau menolak apakah dokumen itu asli.

Laporan yang disusun oleh pakar CIA pada urusan komunikasi strategis dan analisis departemen luar negeri, bahwa opini publik Eropa dalam mendukung perang semakin melemah dan dengan mudah bisa runtuh begitu saja. Ini sehubungan dengan jatuhnya pemerintah Belanda baru-baru ini.

"Perdebatan sebelumnya menunjukkan bahwa korban di Prancis atau Jerman atau korban sipil Afghanistan bisa menjadi titik balik dalam mengkonversi oposisi pasif menjadi aktif untuk penarikan segera," katanya.

Pendekatan seperti itu bisa menekankan potensi bahaya yang dihadapi warga sipil Afghanistan jika pasukan NATO yang dipimpin dikalahkan oleh rasa bersalah karena meninggalkan mereka.

"Prospek Taliban memenangkan perang dan mengontrol pendidikan anak perempuan bisa memancing kemarahan warga Prancis, dan menjadi titik balik bagi sebagian besar masyarakat Prancis sekuler, dan memberikan alasan untuk mendukung tujuan mulia dan diperlukan meskipun harus berkorban."

Laporan tersebut juga menunjukkan memanfaatkan popularitas Presiden AS Barack Obama di Prancis dan Jerman, dengan dasar bahwa pesona Presiden AS itu akan mempunyai dampak positif dalam perang. (sa/smh.com.au)