Bandara internasional Athena, Yunani ternyata menjadi salah satu tempat transit pesawat-pesawat milik ‘perusahaan-perusahaan’ CIA antara bulan Juli sampai September 2002 dan bulan Mei 2005. Hal diungkap oleh harian Avgi, sebuah harian yang diterbitkan kelompok sayap kiri di bekerjasana dengan koalisi partai-partai kiri di parlemen Yunani.
Laporan harian itu menyebutkan, tidak jelas apakah pesawat-pesawat yang sempat singgah di bandara Yunani itu membawa tahanan atau hanya sekedar transit untuk mengisi bahan bakar. Namun salah satu pesawat yang pernah mendarat itu dikaitkan dengan pesawat yang mengangkut para tersangka pelaku teroris dari Pakistan, Swedia dan Indonesia setelah perisiwa serangan 11 September di AS.
Pesawat-pesawat CIA itu, kata harian tersebut, selalu mendarat pada pagi buta dan terbang lagi menjelang matahari terbit tanpa memberikan identifikasi nomor pesawat. Akhir bulan November kemarin, pemerintah Yunani membantah informasi yang mengatakan bahwa pesawat-pesawatnya digunakan selama pengangkutan sejumlah tersangka pelaku teroris. Juru bicara pemerintah Yunani, Theodoros Roussipoulos kemudian menyatakan bahwa ‘semua peraturan internasional yang menyangkut perjalanan pesawat dihormati.’
Harian Avgi edisi hari Minggu (15/1) mengungkapkan, pada bulan September 2002, sebuah pesawat CIA mendarat di basis angkatan laut Souda Bay, fasilitas militer di selatan pulau Kreta yang digunakan oleh militer AS. Belakangan ini, AS memang sedang menjadi sorotan dunia internasional karena dicurigai pihak CIA nya sudah memanfaatkan bandara-bandara dan wilayah udara Eropa untuk mengangkut para tersangka pelaku terorisme dari berbagai negara tanpa melalui proses yang legal.
Pemimpin partai nasionalis Yunani dan deputi parlemen Eropa, menuding AS sudah melakukan interogasi terhadap tawanannya di tempat rahasia Athena. Namun tudingan itu dibantah oleh kedutaan besar AS di Athena.
Lebih lanjut dalam laporannya, harian Avgi mengungkapkan bahwa pesawat-pesawat CIA telah menggunakan bandara di Larnaca dan Paphos di Siprus. Seorang pengacara Yunani saat ini sedang menangani kasus sejumlah imigran asal Pakistan yang mengaku diculik dan diinterogasi secara ilegal di Yunani setelah peristiwa bom London bulan Juli tahun 2005 kemarin. Kasus ini tentu saja membuat malu pihak pemerintah Yunani.
Selain Yunani, Swiss juga dilaporkan menjadi lokasi penjara AS di Eropa bagi para tersangka pelaku terorisme. Atas laporan ini, sebuah polling yang dirilis harian Sonntagsblick edisi hari Minggu kemarin, menunjukkan bahwa mayoritas responden dari kalangan masyarakat di Swiss meyakini bahwa pemerintahnya harus menyampaikan nota protes pada AS, hanya 20 persen responden yang menyatakan pemerintah tidak perlu menyampaikan protes, sedangkan 5 persennya menyatakan tidak tahu.
Pekan sebelumnya, harian itu juga mempublikasikan hasil terjemahan fax-fax yang diduga berasal dari dinas rahasia Swiss. Fax-fax itu dikirim dari kementerian luar negeri Mesir ke kedutaan besar Mesir di London yang isinya menyebut-nyebut tentang pusat-pusat interogasi yang digunakan di wilayah Eropa Timur dan negara-negara Balkan. Pemerintah Swiss sempat mendapat tekanan dari media-media massa menyusul bocornya surat-surat penting tersebut.
Anggota penyidik dari Dewan Eropa, yang juga anggota parlemen negara Swiss, Dick Marty mendesak dilakukannya penyelidikan atas keberadaan penjara-penjara CIA itu dan menuding pemerintah Eropa sengaja menutup mata atas terjadinya pelanggaran hak asasi manusia.
Menteri Luar Negeri Swiss Micheline Calmy-Rey menyatakan, ia sudah melontarkan kekhawatirannya atas laporan yang mengungkap aktivitas AS terhadap para tersangka pelaku teroris di Eropa sejak musim panas tahun lalu. Pada televisi TSR ia mengatakan, pendekatan sudah dilakukan dan investigasi masih berjalan untuk menyelidiki laporan adanya pesawat-pesawat CIA yang membawa para tersangka pelaku terorisme yang memasuki wilayah udara Swiss. Namun Calmy-Rey membantah masalah fax-fax penting yang bocor ke media itu. (ln/theNews/ Islamicity)