Pemimpin Pakistan People’s Party (PPP)-partai tempat bernaung Benazir Bhutto-menuding CIA dan agen intelejen Pakistan terlibat dalam pembunuhan mantan perdana menteri Pakistan itu.
Amanullah Khan yang tinggal di Inggris mengatakan, CIA dan agen intelejen Pakistan sudah memperhitungkan rencana pembunuhan Bhutto. "Pembunuhan terhadap Bhutto adalah tindakan fasis. Badan intelejen AS, CIA dan badan intelejen Pakistan, Inter Service Intelligence (ISI) bertanggung jawab atas pembunuhan Bhutto, " ujar Khan seperti dilansir Times of India.
Lebih lanjut ia menyatakan, sudah lama Bhutto ingin kembali ke Pakistan guna memulihkan demokrasi di negaranya. Namun Bhutto dikhianati dan "ditusuk" dari belakang oleh CIA dan ISI.
Khalid Mahmood, anggota parlemen dari Partai Buruh mendukung tudingan Khan. Ia mengatakan, Bhutto sudah tahu bahwa nyawanya terancam jika kembali ke Pakistan, namun pihak Barat membujuk dan memaksanya untuk pulang ke tanah kelahirannya.
Kekerasan di Pakistan
Pasca pembunuhan Bhutto, kekerasan demi kekerasan terus terjadi di Pakistan. Sebuah aksi bom bunuh diri hari Kamis (10/1) menewaskan sedikitnya 22 polisi anti-huru hara. Ledakan terjadi di luar gedung pengadilan yang terletak di pusat bisnis di kota Lahore.
"Setidaknya ada 22 polisi tewas, enam polisi dalam kondisi kritis dan 35 orang luka ringan akibat serangan itu, " kata Kepala Kepolisian Lahore, Malik Iqbal.
Aparat kepolisian mengklaim telah menemukan kepala pelaku bom bunuh diri sekitar 100 meter dari lokasi kejadian. Saat kejadian, polisi ant-huru hara memang sedang ditugaskan di depan kantor pengadilan tinggi Lahore untuk mengantisipasi aksi protes para pengacara terhadap pemerintahan Musharraf, yang rencananya akan digelar hari itu. (ln/presstv/al-arby)