Baru-baru ini, RFA melakukan wawancara telepon dengan petugas keamanan publik Uighur dari desa Suntagh di Atush. Atush merupakan kota setingkat kabupaten yang berpenduduk sekitar 270 ribu orang di bawah administrasi prefektur Kashgar di wilayah penghasil kapas dan anggur di barat daya Xinjiang.
Petugas yang tak disebutkan namanya itu membenarkan dua dari tiga masjid yang tersisa di desa itu telah dirobohkan sekitar musim gugur 2019. Sementara masjid yang dibiarkan oleh otoritas tetap berdiri adalah yang terkecil dan dalam kondisi paling buruk dari ketiganya.
“Masjid Azna dihancurkan tahun lalu. Saya pikir itu mungkin di musim gugur. Mereka membawa mesin untuk merobohkannya. Masjid Azna dan Destangah di Suntagh dihancurkan. Destangah dihancurkan pada saat yang sama (seperti Azna),” kata petugas itu tanpa memberikan alasan pembongkaran masjid tersebut, dilansir di RFA, Rabu (12/8).
Menurut petugas tersebut, pemerintah setempat memutuskan membiarkan masjid yang ketiga tetap berdiri, yakni Masjid Teres. Meskipun, masjid yang lain dalam kondisi yang lebih baik dan jauh lebih besar. Masjid Destangah misalnya berlokasi strategis di sebelah pasar Suntagh.
Selain itu, masjid Azna dan Destangah dibangun dari batu bata. Sedangkan masjid Teres memiliki dinding tanah yang ditutupi dengan kayu yang lebih tua.
“Masjid yang dihancurkan lebih kukuh karena atapnya dicurah dengan semen. Sementara atap kayu di masjid Teres nyaris tidak bisa menahan hujan,” kata petugas itu. (*gl)