Calon Presiden dari Republik dan Demokrat, Sama-Sama Pendukung Israel

Isu Israel-Palestina menjadi komoditas dua calon presiden AS, John McCain dari Partai Republik dan Barak Obama dari Partai Demokrat, untuk merebut suara rakyat AS menjelang pemilu presiden di Negeri Paman Sam itu. Namun kedua kandidat presiden AS tersebut, dengan jelas menyatakan keberpihakan dan dukungannya pada rejim Zionis Israel, dan menolak hak-hak bangsa Palestina.

McCain beberapa jam sebelum tiba di Israel menyatakan bahwa ia mendukung Israel untuk menjadikan Yerusalem sebagai ibukota Negara Yahudi itu. Pernyataan McCain bertentangan dengan solusi dua negara yang selama ini selalu didengung-dengungkan oleh Presiden George W. Bush.

"Mereka tidak mewakili posisi pemerintahan AS yang memandang semua wilayah Palestina yang direbut Israel sejak tahun 1967, termasuk Yerusalem Timur, sebagai wilayah jajahan. Pernyataan itu bertentangan dengan visi dua negara Presiden Bush, " ujar Saeb Erekat-juru runding Palestina- mengomentari pernyataan McCain.

McCain juga menuding Hamas yang kini bertahan di Jalur Ghaza, sebagai penghalang proses perdamaian Israel-Palestina. "Saya pikir akan sangat membantu jika… Ghaza tidak diperintah oleh sebuah entitas yang ingin memusnahkan negara Israel, " tukasnya.

Tiba di Israel, McCain disambut oleh Presiden Israel, Shimon Peres dan McCain sempat mengunjungi museum dan tugu peringatan tragedi Holocaust Yad Vashem. McCain mengenakan topi ala Yahudi dan meneteskan air mata melihat foto-foto di museum itu. Di buku pengunjung Yad Vashem, McCain menulis "Saya sangat tersentuh. Jangan pernah terjadi lagi."

Ribuan mil dari Israel, kandidat presiden lainnya Barak Obama menegaskan kembali dukungannya terhadap rejim Zionis Israel. Ia mengatakan bahwa Israel harus tetap menjadi Negara Yahudi dan pengungsi Palestina sebaiknya melupakan keinginannya untuk kembali tanah airnya di Palestina.

Obama mengkritik pernyataan-pernyataan yang mengatakan bahwa tindakan-tindakan kejam dan rasis Israel menjadi akar konflik di Timur Tengah. Menurut Obama, ideologi Islam yang radikal-lah yang menjadi akar konflik di wilayah itu. (ln/iol)