Cairo, kota terpadat di dunia dengan penduduk 8 juta, dan 18 juta yang menjadi penghuni wilayah ‘Cairo Raya’. Kota yang berada ditepi Nil ini, mempunyai sejarah yang sangat luar biasa, sejak zaman Fir’aun, dan peninggalan pyramida, yang menjadi objek turis, serta mumi Fir’aun, dan sampai sekarang masih tetap menjadi perhatian para ilmuwan.
Hari-hari sejak berlangsungnya aksi protes kaum muda Mesir, yang menuntut diktator Mubarak mundur, dan gerakan mereka menjadikan Tahrir Square sebagai ‘epicentrum’ dan ‘gravitasi’, yang mempunyai magnitute (daya tarik) yang luar biasa bagi masyarakat dunia.
Rakyat Mesir memunyai daya tahan dalam melakukan gerakan, yang belum dimiliki oleh bangsa lainnya. Mampu bertahan sampai hampir tiga pekan. Mereka tak kenal lelah dan berkorban dengan tetesan darah, guna memperjuangkan keyakinan mereka, mengakhiri rezim diktator Mubarak. Gerakan aksi potres yang dilakukan rakyat Mesir itu, ini menjadi catatan sejarah yang sangat panjang, dan pelajaran yang berharga bagi dunia Arab.
Seperti kota-kota megapolitan di dunia yang padat, dan penuh sesak dengan kendaraan dan polusi, dan membuat warganya merasa tidak nyaman. Sekarang, banyak warga yang tinggal di "rumah sangat sederhana" dipinggiran kota Cairo, dan mengembangkan pertanian, dan memanfaatkan sungai Nil. Orang Cairo dikenal dengan sangat cerdas, dan mempunyai sense humor yang tinggi.
Tetapi, kelihatannya mereka kehilangan sense humornya, ketika menghadapi Mubarak yang sudah berkuasa selama 30 tahun, dan sangat diktator, dan memperbudak rakyatnya secara biadab, dan merampok kekayaan negara, yang tidak sedikit, mencapai nilai $ 70 milir dolar alias Rp 700 triliun rupiah. Mubarak juga menjadi kaki tangan Israel dan Amerka, yang membawa misi mereka untuk menghancurkan bangsa-bangsa Arab lainnya, termasuk Palestina.
Kisah kota Cairo ini, adalah sebuah kota kuno yang memiliki peradaban yang tinggi, peninggalkan penguasa-penguasa Mesir, yang silih berganti. Cairo bukan hanya paling padat penduduk diantara ibukota negara-negara Arab, tetapi kota terpadat di seluruh dunia. Bagaimana kehidupan sehari-hari jutaan rakyat yang tinggal di sana?
Penduduk Kairo tidak nyaman dengan tentang polusi yang tinggi, kemacetan lalu lintas permanen dan Kairo sebagai kota megaplitan yang harus menampung pertambahan penduduk migran yang terus meluas. Meskipun, kondisi sangat tidak nyaman, tetapi penduduk Cairo merasa sangat bangga dengan kota tua itu.
Maria Golia, penulis "Kairo: Kota Pasir," yang pernah tinggal selama 25 tahun terakhir ini, dan pernah tinggal di New Jersey, Roma, Paris, dan kota-kota lainnya di dunia, tetapi Maria mengatakan Kairo adalah tempat paling aman, dibandingkan dengan kota-kota dunia yang pernah ia kunjungi. Maria merasa sangat nyaman hidup dan bertetangga dengan tetangganya, dan tidak pernah merasa kawatir dengan kehidupan Cairo.
Cairo dibangun di atas wilayah yang tidak terlalu luas, hanya sedikit di tepian sungai Nil, yang subur, dan sekitarnya dikelilingi oleh gurun, kota yang tempat tinggal dam rumah bagi sekitar 7 juta orang, dengan sampai 18 juta yang tinggal di Kairo Raya. Sungguh luar biasa. Jumlah penduduk Cairo akan terus bertambah, karena Cairo, yang menjadi tempat mencari kehidupan, ekonomi, budaya, agama, karena di Cairo terdapat sebuah Universitas terkemuka di dunia, Al-Azhar.
Mesir terkenal dengan peradaban kuno, Kairo berdiri sebagai sebuah kota sudah lebih dari 1.000 tahun. Sedangkan piramida yang terletak di kota Giza, tak terlepas sejarah masa lalu, yang sangat unik, dan mempunyai misteri yang sampai kini menjadi objek para wisata. Bagaimana bangsa Mesir di masa lalu membangun pyramida itu? Ini yang menjadi misteri. Kota Cairo berkembang dengan sangat dinamis, interaksi antara budaya Barat dan Timur, yang terus-menerus, yang melahirkan berbagai sintesa kehidupan yang sangat luar biasa.
Cairo yang sangat menonjol, tak lainnya, kota ini dikenal dengan kota "Seribu Menara", di mana, kalau akan menjejakkan kaki di Bandara Internasional Cairo, dari jendela pesawat akan terlihat seperti orang yang mengacungkan ‘telunjuk’ orang yang berjejer, dan sangat luar biasa menakjubkannya. Sangat indah. Cairo dilihat dari udara. Di mana banyak menara yang menjulang, dan ada di seantero Cairo. Kota ini sangat religius, meskipun kota megapolitan. Islam sudah tertanam dalam kehidupan masyarakat, yang berlangsung ratusan tahun, yang lalu.
Islam selalu menjadi bagian kehidupan rakykat, dan tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Inilah yang membuat Cairo menjaid pusat ‘gravitasi’ dan mempunyai ‘magnitut’ yang sangat kuat, karena kehidupan yang dilatar belakangi dengan budaya Islam, sehingga Cairo selau dikaitkan dengan julukkan: "Kota 1.000 Menara. Masjid di Cairo benar-benar menjadi pusat agama Islam, dan menyatu dengan kehidupan rakyat. Para penguasa yang mengabaikan Islam dan masjid akan menemui nasib yang malang, seperti yang dialami semua penguasa Mesir, mulai dari Farouk, Nasser, Najib, Anwar Sadat, sampai Mubarak.
Kota yang dibangun di zamannya Amr bin Ash, masa Khalifah Umar ibn Khattab ini, sampai sekarang tak pernah lekang relasinya dengan agama Islam.
Samia Mehrez seorang profesor bidang sastra Arab di Universitas Amerika di Kairo, dan telah menyusun "Atlas Sastra Kairo". Dia mengarkan, bahwa agama (Islam) adalah bagian dari kehidupan sehari-hari di Kairo, tapi rakyatnya tetap nyaman dengan kehidupan modern, dan Cairo tetap dapat menjalankan peranannya sebagai koa megapolitan, yang modern.
Tetapi, pengaruh yang begitu kentara, ketika pemerintahan Mubarak, yang menjadi kaki tangan Amerika itu, ketika melakukan liberalisasi ekonomi, dalam beberapa tahun terakhir telah berdampak lahirnya budaya konsumerisme Barat, dan kehidupan rakyatnya mulai hedonis, kata Mehrez.
Pusat-pusat perbelanjaan menjual barang mewah tumbuh luar biasa, yang menjajakan barang import, yang terus membanjiri plaza-plaza di kota Cairo. Inilah kehidupan baru rakyat Cairo, yang perlahan-lahan mulai terancam dengan budaya Barat, yang semakin menggerogoti mereka.
"Dalam 15 tahun terakhir telah terjadi setiap tempat fast food yang dapat Anda bayangkan (di Kairo) – segala macam merek," kata Golia, "tetapi hanya bagian yang relatif kecil dari populasi sebenarnya mampu untuk membelinya.
"Budaya konsumen terus berkembang sampai batas tertentu, dan mulai banyaknyakelas menengah yang tumbuh di Mesir yang bercita-cita ingin lebih makmur, dan rakyat Cairo juga mulai tertarik dengan kehidupan malam, disertai dengan makan-makan di cafe-cafe yang menjamur di sepanjang sungai Nil.
Kesenjangan yang tumbuh antara diantara kayat mulai terlihat. Ada diantara mereka yang sangat kaya raya, karena mendapatkan dari liberalisasi ekonomi ala Mubarak, tetapi lebih banyak yang sangat miskin. Sehingga, kehidupan menjadi sangat paradok. Ini sangat tampak mencolok dalam kehidupan sehari-hari di Cairo. Faktor ini yang ikut mematangkan lahirnya gerakan protes menurunkan Mubarak. Mubarak telah membuat rakyat menjadi miskin, dan hanya segelintir orang yang kaya, yang menjadi kroninya.
David Sims, perumahan ahli dan penulis buku "Memahami Kairo. Logika dari Kota Out Control", menggambarkan Cairo sebagai kota yang "kumuh" , dan fasilitas publik yang sangat terbatas, dan kehidupan yang penuh sesak, dan udaranya gurun yang panas, semakin nampak kota Cairo semakin terasa kumuh, kata Sims. Dia menambahkan bahwa mereka banyak rumah kelas menengah bawah kota, pengusaha, dan pedagang kecil.
Menurut Komisi Kependudukan PBB, menyatakan Cairo, termasuk tiga dari 30 kota yang kumuh terbesar di dunia adalah Kairo. Sampah yang tidak terkelola dengan baik, yang bertebaran diterpa angin gurun, ujar Manshiet Nasser. Namun, di tengah-tengah kemiskinan penduduk Kairo, tentu yang paling penting adalah penduduk kota memiliki karakter yang sangat cerdas dan ulet, dan selalu mampu membuat solusi dengan setiap persoalan yang mereka hadapi.
Orang-orang Cairo mempunyai sense humor yang tinggi, dan selalu tertawa, kata Maria Golia. Tetapi, bukan tidak dapat marah. Mereka menunjukkan kecerdasan, keuletannya, dan sikapnya yang sangat kuat dan teguh, ketika mereka sudah mempunyai sebuah tekad, yaitu membuat sejarah baru dalam kehidupan mereka, yang tak akan pernah dilupakan oleh genersi berikutnya, yaitu mengakhiri rezim diktator Mubarak.
Berbahagialah rakyat Cairo, yang sudah terbebas dari Mubarak, dan semoga tidak ada lagi Mubarak-Mubarak baru yang lebih kejam. mi/tm.