Badan PBB yang mengurusi pembersihan ranjau Mine Action Coordination Center (MACC) menyatakan, butuh waktu lebih dari satu tahun untuk membersihkan hampir satu juta sisa-sisa bom kluster yang dijatuhkan militer Israel ke wilayah Libanon dalam perang kemarin.
Sisa-sisa bom itu belum meledak, tersebar di jalan-jalan, rumah-rumah, kebun-kebun dan mengancam nyawa rakyat Libanon. Sejak perang berakhir lewat resolusi PBB pertengahan Agustus lalu, sudah 14 rakyat Libanon yang tewas dan 90 orang luka-luka akibat ledakan sisa-sisa bom tersebut
Sejauh ini, militer Libanon, pasukan penjaga perdamaian PBB dan MACC serta para kontraktor mereka, sudah membersihakn hampir 40 ribu sisa bom kluster yang belum meledak dan masih terdapat sekitar satu juta lagi sisa bom yang harus dibersihkan. Diperkirakan, butuh waktu 12-15 bulan untuk membersihkan, khususnya wilayah Libanon Selatan, dari sisa bom kluster itu.
"Problemnya sekarang adalah sisa bom kluster. Bom-bom ini terperangkap di semak-semak, pepohonan, pagar-pagar dari tanaman.tergeletak di rumah-rumah penduduk, di taman-taman di depan rumah mereka," ujar Chris Clark, manajer program MACC di Libanon Selatan dalam keterangan persnya.
"Banyak dari sisa bom kluster, kecil-kecil berada di reruntuhan dan menimbulkan persoalan bagi rencana rekonstruksi. Tapi persoalan utamanya adalah bahayanya bagi masyarakat yang ingin kembali ke rumah-rumah mereka, membersihkan reruntuhan dan memulihkankembali kehidupan mereka," papar Clark.
Ia menyatakan, Israel sampai saat ini belum memberikan informasi detil tentang jumlah bom kluster yang ditembakan atau kordinat lokasi-lokasi yang diserang. Padahal informasi ini akan sangat membantu tim pembersih agar lebih fokus ke area-area yang banyak dihujani bom kluster.
Keberadaan bom-bom kluster ini, menurut badan PBB urusan pengungsi UNHCR, menyulitkan pemulangan pengungsi ke rumah masing-masing. Apalagi kebanyakan masyarakat di Libanon Selatan hidup dari bertani dan berkebun. Jika mereka kembali, para pengungsi ini terancam oleh adanya sisa-sisa bom yang belum meledak. Ketika hujan, air hujan bisa memendam sisa-sisa bom itu ke dalam tanah sehingga tak terlihat mata.
"Kami berharap masalah pengungsian sudah bisa diatasi dan mereka sudah bisa kembali ke rumah masing-masing dalam setahun ini. Tapi sekarang waktunya mungkin akan lebih panjang sampai dua tahun kedepan," kata Arjun Jain dari UNHCR.
Israel membantah telah menggunakan bom kluster yang sudah dilarang pemakaiannya oleh hukum internasional. Namun menurut Clark dari MACC, Israel sudah menjatuhkan sekitar tiga ribu bom, roket, senjata artileri dalam satu hari ke Libanon, di awal perang. Menjelang perang berakhir, jumlah amunisi yang digunakan meningkat menjadi enam ribu per-hari dan 40 persen bom kluster yang dijatuhkan di Libanon selatan, tidak meledak. (ln/Haaretz)