Surat kabar The Sunday Telegraph mengungkap rencana jahat Presiden AS George W. Bush di Iran. Dalam surat kabar itu disebutkan bahwa Bush telah memberi "lampu hijau" pada CIA untuk melakukan operasi "gelap" guna membuat kacau dalam negeri Iran.
Tujuan akhir dari operasi itu adalah menumbangkan pemerintahan yang sedang berkuasa di Iran. Sumber-sumber intelejen yang tidak mau disebut namanya mengungkapkan, berbagai cara sudah direncanakan AS untuk menjatuhkan pemerintah Iran, antara lain propaganda dan penyesatan informasi tentang pemerintah Iran saat ini, memanipulasi mata uang dan transaksi finansial internasional.
Presiden Bush disebutkan pula, juga sudah mengizinkan CIA untuk mengumpulkan informasi dari para tokoh Iran yang diasingkan ke luar negeri dan dari para imigran asal Iran yang ada di AS. "Orang-orang Iran yang ada di AS selalu melakukan kontak dengan keluarganya yang ada di Iran, dan mereka ada sumber informasi yang baik, " kata seorang sumber intelejen AS pada The Sunday Telegraph.
Untuk mendukung rencana Bush di Iran, CIA memberikan bantuan pada kelompok oposisi dan milisi di Iran, termasuk kelompok Jundullah yang beroperasi di perbatasan Iran-Pakistan.
Akhir pekan kemarin, Iran menangkap 10 anggota kelompok Jundullah. Ditangan mereka, aparat Iran menemukan uang tunai sebesar 500 ribu dollar dan sebuah peta wilayah-wilayah yang dianggap rawan serta peralatan spionase yang cukup modern.
The Telegraph dalam artikelnya di bulan Februari mengungkap kegiatan rahasia AS yang mendanai kelompok-kelompok separatis di Iran. Tujuannya untuk memberikan tekanan bagi pemerintahan Mahmud Ahmadinejad.
Lebih lanjut dalam artikel The Telegraph edisi Minggu (27/5) disebutkan bahwa salah satu target utama rencana sabotase CIA di Iran adalah menggagalkan program nuklir negara Iran. Hal tersebut diungkapkan oleh mantan pejabat senior departemen luar negeri AS Mark Fitzpatrick.
"Salah satu cara sabotase adalah membuat modifikasi dengan kualitas rendah sejumlah komponen yang dibutuhkan Iran, dan didapatkan Iran dari pasar gelap, " katanya.
Menurut Fitzpatrick yang kini menjadi staf ahli di Institute for Strategic Studies (IISS) di Washington, melakukan sabotase di sektor industri merupakan cara yang lebih disukai AS untuk menghancurkan progran nuklir Iran daripada melakukan serangan militer. Karena operasi sabotase tidak meninggalkan jejak, tidak meninggalkan "sidik jari. "
Para pakar mengatakan bahwa apa yang dilakukan CIA adalah pengganti dari opsi militer yang direncanakan AS dan sejak lama menjadi ambisi wakil presiden AS Dick Cheney.
"Saya pikir mereka menyimpulkan bahwa serangan militer lebih banyak kerugiannya daripada keuntungannya, " kata Bruce Riedel, salah seorang pengamat. (ln/iol)