Bush Lakukan Kunjungan Rahasia ke Irak

Untuk kedua kalinya, sejak invasi AS ke Irak, Presiden George W. Bush mengunjungi negeri 1001 malam itu pada Selasa (13/6). Namun kunjungan itu dirahasiakan, bahkan PM Irak Nuri al-Maliki tidak diberitahu sebelumnya atas rencana kedatangan Bush tersebut.

Di Irak, Bush bertemu dengan Maliki dan kabinetnya, termasuk menteri-menteri penting seperti menteri pertahanan, menteri dalam negeri dan menteri perminyakan, di kedutaan besar AS di Baghdad.

Kantor berita AFP menyebutkan, pada Maliki, Bush mengatakan, kedatangannya bukan hanya untuk bertemu langsung dengan Maliki tapi juga ingin menyampaikan bahwa ketika Amerika memberikan janji, maka Amerika akan menepati janjinya.

"Saya sudah menyampaikan keinginan negara kami untuk bekerjsama dengan anda (Maliki), namun saya menghargai, anda mengakui fakta bahwa masa depan negara anda bukan di tangan anda," tambah Bush.

Pernyataan-pernyataan Bush dalam kunjungan rahasianya di Irak didengarkan dan disaksikan oleh Wapres Dick Cheney, Menlu Condoleezza Rice, Menhan Donald Rumsfeld dan beberapa pejabat senior kepresidenan. Mereka mendengarkannya di tempat peristirahatan presiden di Camp David melalui video link.

Selain bertemu dengan Maliki dan kabinetnya, Bush juga bertemu dengan Presiden Jalal Talabani dan dijadwalkan melakukan pembicaraan dengan juru bicara parlemen, para pengusaha serta kalangan pendidik dan budayawan. Kunjungan Presiden Bush di Irak tidak lebih dari 5 jam.

Cerita Di balik Kunjungan Rahasia Bush

Kunjungan Bush kali ini ke Irak memang sangat dirahasiakan. Bahkan PM Irak Nuri al-Maliki dan sejumlah pejabat AS tidak diberitahu bahwa Bush sedang dalam perjalanan ke Irak. Hanya Cheney, Rice dan Rusmfeld yang tahu Bush meninggalkan rumah menju Irak. Setelah helikopter yang membawa Bush mendarat di Green Zone, barulah para pejabat Irak tahu Bush datang dan ingin melakukan pertemuan dengan mereka.

Sebelumnya Gedung Putih menyatakan bahwa Bush akan mengadakan konferensi selama dua hari untuk membicarakan masa depan Irak di Camp David dengan para pembantu seniornya.

Senin malam, setelah acara makan malam dengan dengan jajaran kabinet dan pejabat keamanannya, Bush mengatakan merasa capek dan ‘pusing’, kemudian langsung menju kamarnya untuk tidur.

Para pejabat seniornya mengira Bush memang sedang beristirahat untuk rencana pertemuan hari Selasa melalui telekonferensi dengan Maliki. Padahal sebenarnya Bush secara sembunyi-sembunyi keluar dan dalam 15 menit sudah berada di dalam helikopter khusus menuju ke Basis Angkatan Udara Andrew di luar Washington di mana pesawat kepresiden Air Force One sudah menunggunya.

Hanya beberapa jama sebelum berangkat, di restoran-restoran, kafe dan di rumah-rumah di seluruh Washington, para reporter yang meliput di Gedung Putih secara pribadi dan mendadak dihubungi. Mereka diminta untuk tidak bercerita pada siapapun, bahkan pada pasangan mereka sekalipun, bahwa mereka akan melakukan perjalanan. Beberapa reporter kabarnya ditanya, apakah mereka bisa ‘menghilang’ selama satu atau dua hari tanpa pemberitahuan ke kantor masing-masing.

Senin malam itu juga, para reporter itu dengan tergesa-gesa dibawa ke basis militer, melewati jalan memutar agar tidak mengundang perhatian, semua telepon dan peralatan komunikasi mereka dilucuti.

Pukul 9.07 malam waktu setempat, Bush naik ke pesawat dan mengumumkan pada orang-orang yang sudah menunggunya dengan mengatakan,"POTUS is on board", POTUS merupakan singkatan dari Presiden OF The United States yang kerap digunakan agen intelejen.

Partai Republik Tolak Jadwal Penarikan Mundur dari Irak

Sementara itu, partai Bush, Partai Republik pada Kamis (15/6) besok akan menyerahkan resolusi yang isinya menolak penentuan jadwal penarikan mundur pasukan AS dari Irak.

Menurut Partai Republik dalam resolusi tersebut, ‘bukan atas kepentingan keamanan nasional AS untuk menentukan secara hukum waktu bagi penarikan mundur atau menyiapkan kembali pasukan AS dari Irak.’

Kalangan Republikan berharap perdebatan akan memefokuskan kembali perhatian rakyat AS terhadap isu-isu keamanan nasional dan mendongkrak kembali dukungan rakyat yang sudah merosot. (ln/iol)