Peribahasa ‘maling teriak maling’, mungkin pas disandangkan buat Presiden AS, George W. Bush. Sementara Bush begitu gencar mengkritik program nuklir Iran, diam-diam dia sendiri ternyata mendorong pengembangan senjata nuklir buat negaranya.
Rencana Bush ini sebenarnya sudah tercium sejak tahun 2005 lalu, ketika Gedung Putih merilis sebuah laporan berjudul ‘2002 Nuclear Posture Review’ dengan publisitas terbatas, namun sempat menimbulkan perdebatan panas di Washington.
Laporan itu berisi kebijakan tentang penggunaan senjata nuklir dalam serangan pertama dan dalam medan pertempuran. Laporan itu juga menyebutkan, pentingnya melakukan kembali percobaan-percobaan nuklir dalam waktu sesegera mungkin. Untuk itu, bersama dengan laporan tersebut pemerintah AS meminta dana sebesar 70 juta dollar untuk keperluan studi dan pembuatan senjata nuklir tipe baru dan untuk mempersingkat waktu bagi uji coba senjata tersebut.
Pada bulan November, beberapa bulan sebelum invasi AS ke Irak, Menteri Pertahanan AS Donald Rusmfeld pada para wartawan dalam kesempatan penerbangan ke Chili, terang-terangan mengatakan bahwa strategi militer AS sedang mempelajari cara bagaimana menetralkan senjata-senjata biologi dan kimia Irak. Di antara pilihan yang sedang dipelajari, menurut Rumsfeld, adalah penggunaan bom penghancur bunker yang kemungkinan dilengkapi nuklir.
Senjata penghancur bunker adalah misil yang mirip bom, dengan ujung hidung misil yang mampu menembus lapisan keras sebelum meledak. Meski tidak ada satupun misil penghancur bunker yang digunakan di Irak, misil ini masuk dalam pilihan untuk dipergunakan dalam invasi AS ke Afghanistan dan Irak.
Pernyataan Rumsfeld tentang pilihan AS untuk menggunakan senjata penghancur bunker ini, oleh publik dianggap sebagai pertanda bahwa AS sedang berupaya untuk mengakhiri larangan pengembangan dan uji coba bom nuklir, yang didengung-dengungkannya sendiri.
Alasan utama yang dikemukakan Pentagon adalah negara-negara seperti Korea Utara, Iran dan Libya, makin banyak membangun bunker-bunker dengan kedalaman ratusan kaki di bawah tanah sebagai tempat perlindungan, di mana para pemimpin negara-negara itu juga persenjataan mereka, bisa selamat jika pasukan AS menembakkan senjata-senjata konvensionalnya. Para pejabat AS juga berteori meledakkan bom nuklir kemungkinan menjadi satu-satunya cara yang aman untuk menghancurkan senjata kimia dan biologi pihak musuh.
Lebih lanjut, Pentagon menegaskan bahwa membuat persenjataan nuklir masih masuk akal di tengah dunia yang makin berbahaya ini. "Tanpa memiliki kemampuan untuk melawan target-target yang beresiko, kami secara esensial menyediakan alat perlindungan," kata J.D. Crouch, asisten menteri pertahanan pada para wartawan pada awal tahun 2006 kemarin.
Beberapa pendapat mengatakan, bergerak ke arah pembuatan persenjataan nuklir generasi baru untuk menggantikan senjata konvensional dan mengubah strategi serangan non nuklir terhadap target-target penting atau tempat pembuatan sejata kimia, merupakan tindakan berbahaya. "Mereka membuka jalan bagi era persaingan global senjata nuklir," ujar Daryl Kimball, direktur eksekutif Asosiasi Pemantauan Senjata di Washington D.C.
"Sementara kami berusaha untuk mengalihkan gelombang pengembangan nuklir, hal terakhir yang harus kita sarankan adalah, bahwa persenjataan nuklir itu memiliki peranan di medan pertempuran dan senjata itu memang senjata untuk bertempur. Ini merupakan langkah yang serius dengan arah yang salah," sambungnya.
Kimball dan pakar lainnya mengungkapkan, riset di bidang nuklir bisa berakhir pada uji coba nuklir. Jika Kongres menyetujui permintaan Gedung Putih, uji coba pertama dari senjata-senjata nuklir itu sebenarnya sudah bisa dilakukan sepanjang tahun 2005. Sejak 1992, senjata-senjata yang diujicobakan hanya senjata non nuklir di kedalaman 963 kaki di bawah tanah dan dengan menggunakan simulasi komputer di lokasi uji coba maupun di laboratorium.
Tapi, pada dasarnya, sebagain besar anggota Kongres setuju dengan pendekatan baru pemerintahan Bush dan memberi lampu hijau pada hampir semua usulan Bush. Pada musim semi, Kongres dan Senat menyetujui pendanaan sebesar 15,5 juta dollar untuk membuat senjata nuklir penghancur bunker yang disebut ‘Robust Nuclear Earth Predator’.
Mereka juga menyetujui pendanaan untuk melakukan perubahan lokasi uji coba Nevada, lebih cepat sekitar 18-24 bulan di mana akan dimulai kembali uji coba nuklir di tempat itu.
Satu hal yang masih menjadi keberatan Kongres atas usulan Bush adalah, riset dan pembuatan bom nuklir dengan muatan nuklir kurang atau sekitar 5 kilo ton. (1 kilo ton sama dengan kekuatan ledakan sekitar 1.000 ton TNT). Meski demikian Senat AS melakukan voting untuk mengakhiri larangan ini, sementara Kongres menginginkan agar larangan itu dipertahankan. Perbedaan pendapat kedua lembaga ini akan diputuskan dalam sebuah komite Senat dan Kongres pada bulan Agustus mendatang. (ln/tehrantimes)