Mantan petinggi CIA (Central Intelligence Agency) menuduh gedung putih telah bersikap masa bodoh dengan laporan agency yang meragukan kepemilikan senjata pemusnah massal atau program nuklir oleh pemerintahan Irak yang dipimpin Sadam Husain, sebagaimana diklaim Amerika Serikat sebagai pertimbangan untuk menyerang Irak pada Maret 2003.
Mantan direktur operasi CIA, Tyler Drumheller mengungkapkan bahwa para pejabat gedung putih telah bersikap masa bodoh terhadap warning ini. “Mereka mengatakan bahwa kebijakan terhadap Irak telah mantap untuk dilaksanakan. Mereka berharap agency melakukan pengawalan terhadap kebijakan tersebut,” ungkap Tyler saat wawancara dengan CBS’s "60 minutes", Minggu (23/04).
Tyler Drumheller menjelaskan bahwa gedung putih bersikap masa bodoh terhadap informasi yang sensitif dari sumber tepercaya. “Tidak ada yang namanya program aktivitas pembuatan senjata pemusnah massal di Irak,” kata pejabat CIA yang pensiun setahun lalu itu.
Yang dimaksud sumber tepercaya oleh Drumheller adalah Naji Shabri, mantan menteri luar negeri Irak, yang melakukan kesepakatan dengan Washington untuk menjadi mata-mata demi kepentingan Amerika.
Drumheller menegaskan, warning benar-benar telah disampaikan kepada Presiden Bush secara terang-terangan sebelum dikeluarkan instruksi penyerangan terhadap Irak. Bahwa kemungkinan besar Amerika tidak mendapatkan senjata pemusnah massal yang diduga keberadaannya (di Irak).
Dia menambahkan, Direktur CIA yang kala itu dipegang George Tenet telah menyerahkan informasi tersebut kepada Presiden Bush, Wakil Presiden Dick Cheney dan sejumlah pejabat senior Amerika pada September 2002. Hanya saja beberapa hari kemudian pemerintah Amerika tidak berminat dengan laporan penting tersebut.
Sementara itu juru bicara resmi CIA, Tom Crispell, Minggu (23/04) mengatakan bahwa pernyataan Drumheller tidak mencerminkan pandangan agency. Dia mengabaikan komentar terhadap informasi tersebut.
Sejak agresi ke Irak, Amerika Serikat sampai saat ini belum menemukan senjata pemusnah massal di negeri seribu satu malam tersebut. Washington juga belum bisa membuktikan antara hubungan Sadam Husain dengan jaringan Al-Qaidah
Pada November lalu, The New York Times mengungkapkan bahwa pemerintah Bush mengetahui kebohongan sumber yang informasinya digunakan sebagai salah satu alasan utama Amerika menyerang Irak, yaitu pelatihan yang diberikan pemerintah Sadam kepada anggota Al-Qaidah untuk menggunakan senjata biologi dan kimia.
New York Times menjelaskan bahwa pemerintah Amerika membangun alasan ini berdasarkan interogasi dengan seseorang yang diklaim sebagai anak “seorang Syaikh di Libia”, dia adalah seorang aktivis di Al-Qaidah yang ditawan Amerika Serikat, namun kemudian terungkap bahwa informasi itu adalah kebohongan.
New York Times menambahkan, pemerintah Bush mengetahui kebohongan sumber ini sebelum mulai menggunakan alasan-alasannya sebagai asas untuk menuduh pemerintah terguling Sadam Husain telah melatih anggota Al-Qaidah menggunakan senjara biologi dan kimia. (was/iol)