Selain kamp penjara Guantanamo di Kuba yang digunakan untuk menahan warga Muslim yang dicurigai sebagai teroris, AS ternyata juga punya penjara khusus untuk para jurnalis di Afghanistan, untuk mencegah mereka membuat pemberitaan apa sebenarnya yang terjadi di Afghanistan dan bagaimana sebenarnya kondisi Afghanistan di bawah invasi AS.
Keberadaan penjara ini diungkap oleh seorang pengacara AS yang aktif dalam pembelaan hak asasi manusia, Barbara J. Olshansky. Ia menuding militer AS telah membangun "lubang-lubang hitam dalam masalah hukum" dengan memenjarakan sejumlah wartawan dan mencegah mereka melakukan liputan tentang apa sebenarnya yang terjadi di Irak dan Afghanistan.
"Banyak orang di Afghanistan dan Irak yang dijebloskan ke penjara ini adalah para wartawan lokal yang meliput konflik di negara mereka, " kata Olshansky.
Ia mengkhawatirkan penjara yang dibangun AS di pangkalan angkatan udaranya di Bagram, Afghanistan kondisinya tidak jauh berbeda dengan kamp penjara Guantanamo yang penuh penyiksaan dan pelecehan terhadap para tahanannya. Karena AS menahan para reporter, fotografer dan juru kamera dalam jangka waktu cukup lama tanpa tuduhan apapun, tanpa bukti dan tanpa proses hukum.
"Kami tahu bahwa tujuan AS adalah untuk membungkam mereka dan tidak menginginkan munculnya pendapat yang independen tentang situasi di Afghanistan, " tukas Olshansky.
Salah seorang tahanan AS di Penjara Bagram adalah Jawad Ahmad yang bekerja untuk Canadian Television (CTV). Menurut Direktur Eksekutif International Justice Network Tina Monshippour Foster, Ahmad ditahan tanpo tuduhan apapun, baik berdasarkan hukum AS, hukum Afghanistan dan hukum internasional. Bagi Olshansky, penahanan Ahmad jelas untuk mencegah masyarakat dunia khususnya Kanada dan AS tidak mengetahui apa sebenarnya yang terjadi di Afghanistan.
Penjara Bagram dibangun AS untuk menampung lebih dari 1.100 tahanan dan memiliki reputasi sama buruknya dengan kamp penjara Guantanamo karena para petugas penjaranya kerap menyiksa dan melecehkan 625 tahanan yang ada di penjara itu.
Tahun 2002, dua tahanan tewas di penjara Bagram. Bulan Juni kemarin, Afghan Human Rights Organization (AHRO) mengungkap adanya 10 tahanan anak-anak usia 9-13 tahun di penjara tersebut. Sejumlah tahanan dari penjara ini, banyak yang dipindahkan ke kamp penjara Guantanamo sejak invasi AS ke Afghanistan tahun 2001.
"Kami yakin, kami tidak bisa lagi memonitor lagi kondisi para tahanan yang ada di penjara ini. Hampir 95 persen tahanan yang bebas dari kamp penjara Bagram mengalami persoalan kejiwaan. Beberapa di antaranya kehilangan anggota tubuhnya, " papar Ketua AHRO Lal Gul pada Institute for War and Peace Reporting (IWPR)
"Kami mengecam bukan hanya penjara ini, tapi semua kamp penjara di seluruh Afghanistan dan di tempat-tempat lainnya yang dibangun Amerika, " tegas Gul.
Kecaman serupa dilontarkan Olshansky. "AS mengklaim menebarkan benih demokrasi… dan pada saat yang sama, melakukan tindakan memenjarakan para wartawan, " tandasnya. (ln/iol/presstv)