Buku Kontroversi Tentang Nabi Muhammad Saw Terbit di Mesir

Para pemuka Islam di Mesir mengeluarkan fatwa mati bagi penulis perempuan Passan Rashad atas buku terbarunya yang berjudul "Love and Sex in the Prophet’s Life."

Anggota parlemen Mesir dari kalangan independen, Mustafa al-Gindi telah menyampaikan keberatannya pada Menteri Kebudayaan Farouk Hosny, atas buku yang sempat diikutsertakan dalam Pesta Buku Internasional di Kairo, Mesir bulan Januari kemarin.

Menurut al-Gindi, isi buku itu melecehkan Nabi Muhammad Saw dan isteri-isterinya, terutama Aisyah. "Buku itu beberapa bagiannya berisi berbagai posisi hubungan sex dan orgasme, yang betul-betul tidak layak buat sebuah buku yang mencantumkan nama Nabi Muhammad Saw di judulnya, " ujar al-Gindi.

Sebuah stasiun keagamaan di Mesir juga menyiarkan pendapat para ulama yang mengecam buku tersebut dan mengecam penulisnya adalah seorang yang murtad. Mereka juga menyatakan bahwa penulisnya layak dihukum mati.

Menanggapi reaksi keras itu, Rashad beralasan bahwa ia hanya ingin menjelaskan tentang sex dari perspektif Islam yang sebenarnya sehingga bisa dijadikan referensi tentang kehidupan seksual yang sehat. "Ketika saya menyebut nama Nabi Muhammad Saw, saya hanya bermaksud untuk menunjukkan bagaimana hubungannya dengan isteri-isterinya yang merupakan contoh sempurna dari kehidupan seks yang sehat, " kata Rashad.

Rashad mengaku mendapat ancaman setelah para ulama di Mesir mengeluarkan fatwa mati terhadap dirinya. Rumahnya didatangi seorang laki-laki berjanggut dan berjambang yang mengancamnya. " Dia menggedor pintu pada jam dua pagi dan bertanya pada suami saya apakah saya adalah pengarang buku yang dijatuhi sanksi mati, " tutur Rashad.

"Saya memilih diam. Saya berharap kampanye hukuman mati terhadap saya akan berakhir dan para ulama itu mau menghubungi saya dan mendiskusikan buku tersebut. Tapi itu semua tak terjadi. Sekarang, saya khawatir dengan keselamatan jiwa saya, " sambung Rashad.

Rashad menyatakan dia bukan orang yang murtad dan tidak akan melecehkan Nabi Muhammad Saw. Sebaliknya, kata Rashad, ia ingin membantah mitos yang dipropagandakan musuh-musuh Islam, yang menggambarkan Nabi Muhammad Saw sebagai sosok yang terobsesi dengan perempuan.

Cendekiawan Muslim Gamal al-Banna, adalah salah seorang yang menentang fatwa mati tersebut. Menurutnya, fatwa mati itu menunjukkan kemunduran dalam memahami Islam. "Kita harus menghindari fatwa-fatwa semacam ini dengan penolakan disertai alasan yang jelas terhadap kebohongan-kebohongan ini, " ujar al-Banna seraya menyatakan bahwa ulama yang mengeluarkan fatwa mati terhadap Rashad adalah ulama yang tidak punya pengikut.

Gamal al-Banna juga menghimbau menteri penerangan negara-negara Arab melarang penayangan fatwa tersebut, yang bisa memicu kekacauan di tengah masyarakat dan membuat kaum intelektual hidup dalam ketakutan. (ln/al-araby)