Eramuslim – Antara Islam dan sains tidak ada dikotomi atau pertentangan. Konflik yang tercatat dalam dokumen sejarah antara umat Kristiani daan lembaga sains tidak memiliki keterkaitan sama sekali dalam Islam. Iman dan rasionalitas berpadu dalam Islam.
Sains dan teknologi, ekonomi dan politik, semua itu tercakup dalam ajaran Islam. Etika dan nilai-nilai Islam merupakan perpaduan yang meliputi seluruh aktivitas manusia. Pendek kata, Islam merupakan sebuah sistem yang menyentuh seluruh aspek perilaku manusia.
Sains Islam bisa saja menjadi sebuah paradigma baru dalam ilmu pengetahuan apabila kita mampu menerangkan dengan baik apa landasan ontologi, epistemologi, dan aksiologinya. Adalah suatu kenyataan bahwa di tengah hiruk pikuknya sains modern yang bebas nilai, netral, objektif, dan universal, ternyata dilandaskan pada usaha-usaha yang selalu berubah dan bersifat sementara.
Hal ini lantas oleh Thomas S Kuhn dalam bukunya The Structure od Scientific Revolution (1962), dianggap bisa berubah dan tidak universal. Ketika paradigma suatu ilmu mengalami anomali dan krisis, maka muncullah revolusi ilmu. Kemudian ilmu yang memberontak itu menjadi sebuah paradigma baru menggantikan paradigma lama yang sudah tidak relevan.
Philip K Hitti dalam bukunya The Arabs: A Short History mengungkapkan bahwa masa kemajuan Islam adalah zaman dimana Bahasa Arab menjadi bahasa resmi pengantar dalam ilmu pengetahuan. Zaman yang dimaksud di sini adalah mulai bagian kedua dari abad ke-9 sebagai zaman sambungan dari zaman penerjemahan, yang berlangsung kira-kira seabad lamanya, yaitu dari tahun 750-850. Pada masa inilah, Islam menjadi kiblat ilmu pengetahuan.