YANGON – Gerakan Buddha ekstremis telah menyebabkan serial baru serangan terhadap Burma Muslim minoritas, sehingga merusak sebuah masjid dan toko-toko milik Muslim di kota terbesar kedua di negara, Mandalay, menewaskan sedikitnya lima terluka meskipun adanya ntervensi polisi. “Kami menembakkan tiga tembakan peringatan untuk mengendalikan massa,” Letnan Kolonel Zaw Min Oo polisi wilayah Mandalay Agence France Presse (AFP) pada hari Rabu, 2 Juli.
Menurut polisi Mandalay, sekitar 300 umat Buddha termasuk 30 biksu menyerang sebuah warung teh milik seorang Muslim di daerah dimana diduga terjadinya pemerkosaan seorang wanita Buddhis oleh laki-laki Muslim.
“Pemilik toko dituduh melakukan pemerkosaan beberapa hari lalu,” kata seorang pejabat polisi senior yang tidak mau disebutkan namanya.
“Kekerasan dimulai setelah tuduhan-tuduhan yang menyebar dan menciptakan ketegangan agama.”
Umat Buddha, yang melemparkan batu pada umat Muslim, telah merampok beberapa toko milik Muslim, rumah, dan masjid, merusak setidaknya tiga mobil.
Selain itu, beberapa warga terluka dalam serangan pisau, menurut Al Jazeera.
Upaya polisi untuk membubarkan massa Buddha ditengah malam setelah menembakkan peluru karet terhadap kerumunan tersebut
“Polisi dan kerumunan berperang satu sama lain dan kerumunan melemparkan batu ke polisi,” kata seorang saksi mata Reuters.
Warga mengatakan bahwa meskipun bentrokan terjadi dengan polisi yang membubarkan kerumunan, massa umat Buddha berkumpul di daerah mayoritas Muslim di dini hari Rabu.
Muslim Burma – sebagian besar dari India, Cina dan Bangladesh keturunan – sekitar empat persen dari sekitar 60 juta penduduk.
Muslim dari seluruh dunia berpuasa dari fajar hingga senja selama bulan suci Ramadan yang dimulai awal pekan ini.
Muslim memasuki Burma secara massal untuk pertama kalinya sebagai buruh India selama pemerintahan kolonial Inggris, yang berakhir pada tahun 1948.
Namun, meskipun keberadaan mereka tercatat dalam sejarah panjang, namun mereka tidak pernah sepenuhnya terintegrasi ke dalam negeri, secara luas dan dianggap sebagai orang asing.
Pada tahun 2012, sejumlah Muslim tewas dan ribuan orang terpaksa meninggalkan rumah mereka setelah bentrokan sektarian dengan mayoritas Buddha di negara bagian barat Rakhine.
Sebagian besar korban adalah Muslim Rohingya dan kebanyakan mereka menetap serta tidak diperbolehkan untuk meninggalkan kamp-kamp mereka.
Kelompok-kelompok HAM menuduh pasukan keamanan Burma membunuh, memperkosa dan menangkap warga Rohingya menyusul kekerasan tersebut.
Pada April 2013, lebih dari 40 orang tewas dan beberapa masjid dibakar di pusat Burma setelah perselisihan antara Muslim dan Buddha di Meikhtila. (Oi/Yn)