“Kebanyakan turis Israel di Dubai tidak memakai masker, tidak menjaga jarak sosial dan berisiko menerima denda yang sangat tinggi,” kata warga Yahudi-Israel tersebut yang tak disebutkan namanya.
Sekitar 50.000 orang Yahudi-Israel telah mengunjungi UEA sejak perjanjian normalisasi hubungan ditandatangani pada bulan September 2020.
Perkembangan baru adalah bahwa iklan dan poster turis tentang Dubai menyembunyikan kenyataan gelap, yang diwakili oleh kelompok pria Yahudi-Israel yang berangkat ke tujuan liburan baru dengan pemikiran prostitusi. Mereka mengisi kantong mereka dengan ribuan dollar dan dengan sedikit atau tanpa hati nurani menghabiskan waktu mereka di UEA berpindah dari satu wanita ke wanita lain.
Telah menjadi jelas bahwa turis Yahudi-Israel mana pun di Dubai dapat naik ke kamar hotel untuk menghadiri pesta, membayar USD1.000 dan terjun ke dalam kolam kelaliman. Semua ini terjadi secara terbuka, sementara otoritas UEA menutup mata terhadap turis yang menghabiskan seminggu di Dubai untuk tujuan “wisata seks”.
Orang lain yang terlibat dalam bisnis kotor di Dubai ini mengatakan dia pergi ke Bucharest enam kali, tetapi sekarang yakin dengan pasti bahwa Dubai telah menjadi rumah bordil terbesar di dunia dengan hotel pantainya yang besar dan mewah. Ia mencontohkan, pada sore hari, puluhan perempuan duduk di kursi warna-warni di luar restoran dan bar di sekitar kompleks.
Data yang tersedia dari turis-turis Yahudi yang kembali dari UEA menunjukkan bahwa mereka dikenai biaya antara 1.800-2.000 dirham (USD600). Mereka telah menemukan “pasar daging” baru dan beroperasi tanpa hambatan di UEA, seolah-olah mereka berkeliaran di sekitar Bucharest, Burgas, atau Bangkok.
Seorang jurnalis Yahudi-Israel yang bertemu dengan pria muda yang berangkat ke Dubai mengungkapkan bahwa percakapannya termasuk pernyataan seksual yang memalukan yang sulit diterima, tetapi mencerminkan apa yang terjadi di UEA saat ini. Bisa duduk dan makan di samping kolam renang sambil menonton adegan hiruk pikuk aktivitas seksual.
“Ini melibatkan campuran alkohol, gadis-gadis dan pesta seks, dan mereka memilih apa pun yang mereka suka di iPad atau ponsel,” jelas seorang warga Israel yang juga tak disebutkan namanya.
“Semuanya terbuka, seperti menu dengan topping pizza. Ada juga kartu yang menawarkan layanan prostitusi mobil di Dubai, terutama dengan gadis-gadis keturunan Eropa Timur yang menjadi pekerja seks di Dubai. Layanan semacam itu harganya 1.000 dirham, kira-kira USD300.”