Kampanye boikot produk-produk AS mulai menggema di sejumlah negara Muslim, karena dukungan negara adidaya itu pada agresi Israel ke Libanon dan Palestina. Para sukarelawan di Arab Saudi misalnya, mulai mencetak ribuan selebaran dan mengirimkan SMS yang berisi seruan untuk memboikot produk AS.
"Demi Palestina dan Libanon, boikot produk-produk AS," demikian bunyi tulisan sebuah selebaran.
"Bom-bom kami adalah boikot untuk menjawab bom-bom pintar mereka," bunyi sebuah SMS.
"Di kota Riyadh saja, kami akan menyebarkan satu juta selebaran," kata seorang sukarelawan bernama Mahmmad Mahmmud.
Ia meminta setiap orang yang mendapatkan selebaran itu, untuk memperbanyaknya kembali dan menyebarkannya kepada saudara dan teman-teman mereka.
Kampanye boikot itu diluncurkan pada saaat pelaksaan sholat Jumat (4/8) di seluruh kerajaan Arab Saudi.
Israel telah membunuh sekitar 1.000 orang yang kebanyakan warga sipil sejak serangannya ke Libanon pada 12 Juli lalu. Serangan itu memicu kecaman dari organisasi-organisasi hak asasi manusia, karena bom-bom Israel kebanyakan ditujukan ke wilayah pemukiman sipil.
Serangan Israel itu didukung penuh oleh pemerintahan Bush dengan mengirimkan bom-bom berpresisi tinggi dan menghalang-halangi upaya dunia internasional untuk menerapkan gencatan senjata.
Resolusi terbaru yang dikeluarkan AS-Perancis juga tidak memuaskan pemerintah Libanon karena tidak menyerukan gencatan senjata dan penarikan mundur pasukan Israel ke selatan Libanon. Perancis dalam draft aslinya, bahkan membuat sejumlah konsensi untuk mendapatkan dukungan AS atas draft yang baru.
Selain melalui selebaran dan pamflet, masyarakat Arab Saudi menyebarkan kampanye boikot melalui blog dan melalui ruang-ruang chatting di internet.
"Jika kita tidak bisa pergi dan berjuang bersama saudara-saudara kita di Libanon dan Palestina, mari dukung mereka dengan uang dan kesepakatan untuk menghancurkan perekonomian musuh-musuh mereka," tulis seorang blogger dengan semangat.
Ia mencontohkan kerugian ekonomi yang diderita Denmark ketika masyarakat Muslim memboikot produk Denmark, setelah kasus penghinaan nabi Muhammad Saw oleh sebuah surat kabar Denmark.
Kaum intelektual di Arab Saudi, telah menyuarakan dukungan mereka terhadap Hizbullah dan pemimpinnya Hassan Nasrallah. Mereka tidak mempedulikan sebuah fatwa usang yang dikeluarkan seorang ulama Saudi yang melarang Muslim Sunni di Saudi membantu perjuangan gerakan Syiah di Libanon.
Senjata Paling Ampuh
Boikot dinilai menjadi senjata paling ampuh untuk melawan kebrutalan Israel yang didukung AS, di Palestina dan Libanon. Para cendikiawan meyakini, boikot dari sisi ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat Muslim dan Arab, yang selama ini merasa telah dikhianati oleh rejim pemerintahannya, bisa efektif
"Boikot sudah terbukti sukses sebelumnya, ketika hal itu dilakukan terhadap restoran-restoran Amerika dan produk-produk Denmark," kata Profesor Fuad Taha Abdul Halim dalam sebuah seminar di Universitas Al-Azhar hari Sabtu (5/8).
Ia mengecam sejumlah pemimpin Arab yang bisu melihat pembantaian di Palestina dan Libanon. "Para pemimpin Arab sekarang pengecut dan tidak mengizinkan rakyat mereka melakukan sesuatu," kata Abdul Halim.
Ia mengatakan, para pemimpin Arab seharusnya malu dengan negara Venezuela yang menunjukkan keprihatinannya atas pembantaian warga sipil yang dilakukan oleh Israel, dengan menarik duta besarnya di Tel Aviv.
Mesir, Yordania dan Mauritania, negara-negara Arab yang memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, menyatakan menolak seruan agar mengusir perwakilan Israel di negaranya. (ln/iol)