Eramuslim – Pemain rugby profesional asal Selandia Baru, Sonny Bill Williams untuk pertama kalinya menanggapi soal perlakukan China terhadap komunitas minoritas Muslim Uighur di Xinjiang.
Atlet yang masuk Islam 10 tahun lalu saat bermain untuk Toulon di Prancis, ini bergabung dengan tren aktivisme atlet yang terus berkembang. Pada Desember 2019, pemain berusia 34 tahun ini mengunggah gambar di media sosial yang menunjukkan sebuah tangan dengan bendera China tengah mencengkeram sebuah lengan berdarah yang mewakili Turkmenistan Timur, nama lama dari provinsi Xinjiang di China.
Di bawah gambar itu, Williams menulis, “Ini adalah saat yang menyedihkan ketika kita memilih mengedepankan ekonomi daripada kemanusiaan.”
Unggahan Williams ini dipandang sebagai kecaman terbuka atas penahanan terhadap lebih dari satu juta Muslim Uighur di provinsi Xinjiang yang dilakukan pemerintah China. China menyebut penahanan itu sebagai pusat pendidikan ulang anti-ekstremis.
Dalam wawancara dengan Sky News, Williams mengatakan ia telah menjadi pendukung lama dan juga vokal terhadap yang ia sebut saudara-saudara di China. Ia mengungkapkan, Muslim Uighur berada di kamp-kamp tahanan dan menghadapi ketidakadilan. Karena itu, ia mengatakan apa yang diungkapkannya hanyalah kebenaran.
“Kadang-kadang Anda bisa mengatakan kebenaran, apakah itu bisa membuat Anda tidak nyaman dengan orang lain atau tidak. Tapi saya selalu menjadi orang yang berpihak, bukan hanya untuk diriku sendiri, tetapi untuk apa yang kurasa benar, dan dalam situasi itu, hanya itu yang terjadi,” kata Williams, dilansir di Sky News, Senin (3/2).
Namun demikian, Williams bukanlah bintang olahraga pertama yang secara terbuka mengecam tindakan China terhadap Muslim Uighur. Sebelumnya, pesepakbola Arsenal yang juga Muslim asal Turki, Mesut Oezil, juga melayangkan kritikan atas China. Akibatnya, China menghapus pertandingan Arsenal dari siaran televisi di negara itu dan menghapus Oezil dari video game.