Bincang-Bincang: Skandal Gaddafi dengan Agen-Agen Intelijen Asing

Sejumlah dokumen mengungkap adanya hubungan rahasia antara pemimpin Libya, Muammar Gaddafi dengan agen-agen intelijen AS dan Inggris. Dokumen-dokumen itu ditemukan oleh wartawan dan aktivis Human Right Watch di kantor bekas kepala intelijen Libya, yang sudah ditinggalkan pemiliknya.

Penemuan dokumen itu memicu spekulasi, mengingat keterlibatan NATO, didalamnya tentu saja ada AS, dalam revolusi menggulingkan Gaddafi di Libya. Salah seorang tokoh Partai Demokratik Libya di London, Sabri Malek memberikan pandangannya tentang penemuan dokumen itu dalam wawancara dengan Press TV.

Apakah Anda terkejut dengan terungkapnya dokumen yang menyebutkan bahwa Gaddafi punya hubungan dengan MI6, CIA dan agen intelijen Jerman?

Malek: Saya heran dengan berita ini. Kami, orang-orang Libya, selalu mengingatkan bahwa Gaddafi menjalin hubungan dengan agen-agen intelijen Barat, tapi tidak sampai sejauh ini. Sebagai contoh, salah seorang pendiri partai kami, Partai Demokratik, pernah menemukan informasi detil di Tripoli bahwa MI5 (badan intelijen dalam negeri Inggris) dan MI6 (badan intelijen luar negeri Inggris) mendatangi flat milik ketua partai itu dan merekam apa, mulai dari warna cat kamar tidur sampai teh yang ada di flat tersebut, lalu mengirimkan informasi tersebut pada Gaddafi.

Kami datang ke Inggris sebagai pengungsi politik, dan berharap Inggris menjadi tempat aman bagi kami. Tapi apa yang terjadi, agen-agen intelijen Inggris mengirim laporan tentang kami pada Gaddafi. Ini merupakan skandal dan harus ada penyelidikan parlemen terkait masalah ini.

Apa reaksi Anda ketika mantan Menteri Luar Negeri Libya Moussa Koussa membelot dari Libya dan pergi ke Inggris, tapi kemudian diizinkan meninggalkan negara itu. Jika ada keraguan terhadap situasi tersebut atau terhadap Koussa, mengapa mereka (Inggris) tidak menangkap dan menahannya saja. Bagaimana Anda melihat persoalan ini, karena Anda sendiri juga tinggal di London?

Malek: Kami sangat bingung dengan masalah ini. Itu adalah tugas dari aparat hukum Libya. Mereka sekarang harus mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Koussa, sebagai teroris internasional. Kasus ini menunjukkan pada kami bahwa ada pelanggaran terhadap kedaulatan negara AS dan Inggris. Ini merupakan persoalan yang sangat, sangat serius. Bagaimana seorang Gaddafi dengan uang yang dimilikinya, bisa membeli informasi rahasia berupa rekaman pembicaraan telepon orang-orang Libya yang tinggal di Inggris dan AS. Bukankah AS negara yang berdaulat? Bukankah Inggris negara yang berdaulat?

Sekarang pertanyaanya adalah, kasus Bahrain. Apa hal seperti ini yang juga terjadi di Bahrain? Apa ini yang terjadi Arab Saudi? Apakah orang-orang Saudi menggunakan uangnya untuk membayar agen-agen intelijen Inggris yang memata-matai orang-orang yang bertentangan dengan pemerintahan? Kemana semua ini akan bermuara? Harus ada penyelidikan terbuka baik di Inggris maupun di AS.

Mungkin apa yang kita saksikan sekarang ada sebuah kemungkinan menceraikan negara-negara itu dari NATO. Bagaimana kemungkinan ini terjadi pada Libya?

Malek: Gaddafi memandang dirinya sebagai raja diraja di kawasan Afrika. Itu karena dia punya akses dana miliaran. Gaddafi menggunakan uang itu untuk memanipulasi pemerintahan negara-negara Barat, termasuk dalam kasus-kasus pembunuhan dan mencari selamat dari kasus-kasus tersebut.

Sekarang kita punya bukti kuat di Tripoli tentang kompromi yang dilakukan Gaddafi dengan pemerintah Skotlandia tentang pembebasan Abdelbaset Al-Megrahi, sosok yang dituduh sebagai otak dari insiden Lockerbie.

Yang harus dilakukan sekarang adalah penyelidikan publik, dan kami Partai Demokratik siap bekerjasama untuk membantu penyelidikan itu serta memberikan bukti atas apa yang kami katakan. (kw/ptv)