NATO mengisyaratkan akan tetap melanjutkan misi penjajahannya di Afghanistan meskipun pemimpin Al-Qaida Usamah bin Ladin, menurut informasi yang disebarkan AS berhasil mereka bunuh di Pakistan.
Isyarat akan berlanjutnya penjajahan pasukan asing di Afghanistan, disampaikan oleh Sekretaris Jenderal NATO Anders Fogh Rasmussen, kali ini dengan alasan untuk mencegah agar Afghanistan tidak kembali menjadi "surga" bagi para teroris.
Presiden AS Barack Obama secara resmi mengumumkan tewasnya Usamah bin Ladin dalam sebuah operasi yang dilakukan militer AS ke sebuah komplek pemukiman di Abbottabad, sebelah timur laut Islamabad yang diklaim AS sebagai tempat persembunyian Bin Ladin.
Berita tewasnya musuh nomor satu AS itu memicu spekulasi dari para pengamat. Mereka berpendapat, terbunuhnya Bin Ladin akan memicu aksi balas dendam jaringan Al-Qaida di berbagai negara, antara lain di Pakistan, Afghanistan, Maroko dan Aljazair.
AS memburu Usamah Bin Ladin pasca peristiwa serangan 11 September 2001. AS menuding Bin Ladin sebagai dalang serangan itu, yang kemudian menjadi alasan AS untuk melakukan agresi militer ke Afghanistan.
Setelah 10 tahun memporakporandakan Afghanistan, AS baru mengklaim berhasil membunuh Bin Ladin. Sebuah fakta yang aneh sebenarnya, mengingat kerabat Usamah banyak yang menetap di AS dan dengan kecanggihan perangkat mata-matanya, mengapa butuh waktu 10 tahun bagi AS untuk menangkap seorang Bin Ladin, sosok yang pernah dibina AS.
Atau, mungkinkah AS sudah bosan dengan tokoh "ciptaan"nya itu dan ingin memunculkan sosok baru untuk tetap melanjutkan misi penjajahannya ke pelosok dunia Islam dengan dalih memburu teroris? (ln/prtv)