Pemerintahan Presiden Pervez Musharraf mengeluarkan surat perintah tahanan rumah bagi mantan perdana menteri Pakistan Benazir Bhutto. Surat perintah itu dikeluarkan hanya beberapa jam sebelum aksi massa untuk menuntut agar Presiden Musharraf mencabut status darurat di dalam negeri.
Jumat (9/11) pagi, menurut laporan AFP, sekitar 200 aparat polisi nampak mengepung rumah Bhutto di Rawalpindi. Selain itu, sejumlah kendaraan yang dilengkapi dengan persenjataan juga ditempatkan di jalan masuk menuju tempat tinggal Bhutto. Aksi masa hari ini, seharusnya akan menjadi aksinya yang pertama sejak Musharraf menerapka status darurat di Pakistan akhir pekan lalu.
"Dia dikenakan tahanan rumah, " kata seorang pejabat senior pemerintah Pakistan yang tidak mau disebut namanya.
Pejabat itu melanjutkan, "Kami berusaha meyakinkan Bhutto untuk membatalkan aksi massa, tapi dia tidak mau. Kami tidak punya pilihan, selain menerapkan pembatasan ini, kata seorang pejabat kepolisian.
Meski dikenakan tahanan rumah, juru bicara partai Bhutto-Partai Rakyat Pakistan-Naheed Khan menegaskan bahwa aksi massa akan tetap dilaksanakan. "Mereka (pemerintah Pakistan) bisa melakukan apa saja, tapi kami akan tetap pergi ke Rawalpindi, " tegasnya.
Sementara itu, Bhutto menilai pernyataan Musharraf yang mengatakan akan melaksanakan pemilu pada 15 Februari tahun depan, sebagai pernyataan yang masih samar-samar.
Bhutto mendesak agar Musharraf menentukan tanggal yang pasti bagi pengunduran dirinya, mereformasi konstitusi dan mengembalikan para hakim Mahkamah Agung yang dipecatnya serta mencabut status darurat di Pakistan.
Ia mengancam, jika Musharraf tidak melakukan itu semua, maka semua kekuatan demokrasi dan rakyat Pakistan akan menggelar Revolusi Oranye. Mereka akan melakukan long-march besar-besaran selama tiga hari mulai dari Lahore sampai Islamabad.
Bhutto menghimbau rakyat Pakistan yang ikut serta dalam aksi protes itu untuk membawa bendera putih, seperti yang pernah dilakukan rakyat Ukraina. Bhutto menjamin long-march akan dilakukan dengan damai. Bhutto juga menegaskan bahwa pertemuan akbar rakyat Pakistan di Liaquat Bagh, Rawalpindi harus tetap berlangsung, apapun kondisiya.
"Pemerintah meminta saya untuk tidak menggelar aksi massa, karena ada ancaman terhadap keselamatan jiwa saya, tapi saya saya katakan pada mereka bahwa negara ini menghadapi bahaya yang lebih besar, sehingga kita harus mengambil resiko yang lebih besar untuk mencapai tujuan yang lebih besar pula, " tandas Bhutto. (ln/al-arby/presstv)