Tahun 2011 Tahun Bersejarah Untuk Afrika

Tampaknya tahun 2011 menjadi tahun yang bersejarah bagi Afrika dengan tuntutan perubahan politik, referendum, dan pemilihan presiden. Banyak negara baru yang lahir dari akibat adanya perubahan politik.

Pada tahun ini, ada pemilihan di 27 negara Afrika pada tingkat legislatif, parlemen dan presiden. Dalam beberapa bulan, kita akan menyaksikan revolusi yang memiliki dampak sosial, politik, dan ekonomi pada benua Afrika.

Selain berlangsung demonstrasi besar-besaran yang dimotori anak muda di Afrika Utara, dan pemisahan Sudan Selatan dari Sudan, juga tahun ini ada pemilu legislatif, parlemen dan presiden yang dijadwalkan tidak kurang dari 20 negara yang berbeda di seluruh benua Afrika.

Ini sebuah dinamika yang belum pernah terjadi sebelumnya. Melalui pemilihan yang demokratis berlangsung, dan ini merupakan ujian dari sistem demokrasi di negara yang masih sangat "terbelakang", akibat penjajahan Barat, sekarang mencoba bangkit dengan menciptakan perubahan dan sirkulasi kekuasaan secara teratur. Ini merupakan mimpi buruk bagi rezim otokrat dan diktator dengan tuntutan perubahan yang luas sekarang terjadi di seluruh benua Afrika.

Semi-otonom di Sudan Selatan yang disusul dengan referendum yang kemudian menghasilkan Sudan Selatan berpisah dengan Sudan, dan diterima Partai Kongres Nasional (NCP) di Sudan. Dan bulan Juli lalu Sudan Selatan telah mengumumkan pemisahan dengan Sudan.

Pemuda Tunisia dan Mesir telah membongkar rezim diktator yang lama. Mantan Presiden Tunisia dan Mesir telah melarikan diri keluar dari negara masing-masing. El Abidin dan Mubarak telah dikalahkan oleh gerakan rakyat, yang sudah muak dengan kekuasaan mereka. Ini merupakan sebuah "the golden age", yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dunia Arab dan Afrika Utara benar-benar telah menciptakan sejarah baru.

El Abidindan Leila telah melarikan diri ke Arab Saudi dengan membawa uang miliaran dolar dan berton-ton emas. Despotis Mubarak pergi meninggalkan Mesir setelah demonstrasi besar di Lapangan Pembebasan.

Pada hari ini, rezim Libya berada di bawah tekanan besar dari Perserikatan Bangsa-Bangsa dan masyarakat internasional. Meskipun, Gadhafi berhasi mengekploitir rakykatnya dengan retorika yang khas, yang terus dikumandangkan dengan menggelegak saatnyang perang melawan kolonialisme Barat.

Rezim Kaddafi menikmati hari-hari terakhirnya di Libya. Chad baru-baru ini diadakan pemilihan parlemen sementara Uganda dan Nigeria telah mengadakan pemilihan umum untuk presiden. Pantai Gading masih berlangsung situasi yang tegang akibat konflik antara pendukung dua kandidat presiden yang bersaing setelah pemilu baru-baru ini.

Peristiwa ini berlangsung hanya dalam waktu dua bulan. Nampaknya akan berlangsung peristiwa besar di Afrika yang menuju sebuah perubahan besar yang akan mengubah seluruh wajah Afrika. Pertarungan antara rezim otokrat yang diktator dengan kekuatan rakyat yang ingin hidup dengan lebih bebas.

Pada tahun ini berlangsung pemilihan di beberapa negara yang memiliki posisi yang sangat setrategis 27 negara Afrika pada tingkat legislatif, parlemen dan presiden. Untuk presiden dan dewan nasional, pada bulan April akan ada pemilihan penting di Nigeria dimana ketegangan masih ada antara Muslim dan komunitas Kristen.

Pada bulan yang sama Djibouti akan mengadakan pemilihan presiden. Sementara Benin akan mengadakan pemilihan parlemen, Liberia akan mengadakan parlemen, pemilihan presiden dan referendum konstitusi di tahun ini. Madagaskar, Gambia, Chad, Kamerun, Cape Verde, Republik Afrika Tengah, Rwanda, Seychelles, Zimbabwe, Republik Demokratik Kongo, Tunisia dan Mesir juga menjelang pemilu tahun ini.

Para ahli politik dan analis mencurahkan perhatian khusus ke Afrika pada tahun 2011, karena musim pemilu yang sibuk. Tampaknya harapan dan frustrasi bercampur dengan harapan diantara proses demokrasi.

Menurut beberapa analis tidak akan berubah setelah jajak pendapat yang diragukan, sementara untuk yang lain masih ada harapan. Namun, beberapa pertanyaan sentral perlu dijawab.

Apakah pemilu ini akan dikelola dengan baik, kredibel, bebas dan adil? Yang menjadi mekanisme yang damai mengakhiri rezim diktator yang masih memiliki ambisi bekuasa dengan cara membeli suara, penyuapan, intimidasi terhadap kelompok oposisi selama kampanye dan media pemerintah menjadi alat untuk membentuk opini memenangkan para "uncumbent" (penguasa lama).

Menghapus para diktator dari peta politik di Afrika tidak mudah, terutama negara-negara yang memiliki sumber alam yang kaya. Mereka akan berjuang melanggengkan kekuasaan dengan segala cara. Inilah yang akhirnya timbul perang dan konflik. Apalgi ada campur tangan asing yang ikut terlibat, dan ini akan memperpanjang konflik dan perang memperebutkan kekuasaan.

Di Libya, Kaddafi akan tetap melawan sampai darah terakhir seperti Mobarak lakukan di Mesir. Setelah pemilu kontroversial dalam November lalu, ada dua presiden di Pantai Gading, salah satu terpilih dan satunya menunjuk dirinya menjadi presiden.

Sementara negara menghadapi perang saudara, masyarakat internasional prihatin dengan meningkatnya angka kematian. Para presiden yang dikalahkan dalam pemilihan kemudian membunuh demonstran, dan militer biasanya ikut mendukung untuk menjaga rezim itu tetap hidup.

Seperti yang terjadi di Libya pertempuran antara kelompok-kelompok yang saing, sekitar 450.000 orang mengungsi dalam waktu yang singkat dan beberapa melarikan diri. Di Zimbabwe lebih dari lima puluh orang ditangkap oleh pasukan keamanan bulan lalu ketika mereka sedang menonton rekaman video pemberontakan Mesir.

Beberapa diktator Afrika lainnya telah memberikan pidato peringatan keras dan mengancam para demonstran di jalan-jalan dengan senjata.

Namun, harus diperhatikan mungkin jutaan kaum muda Afrika terpengaruh gerakan pemuda Mesir baru-baru ini, Tunisia dan Libya, mereka menginginkan pemilihan yang bebas dan untuk pertama kalinya dalam hidup mereka dan memilih pemimpin mereka dan parlemen sepanjang 2011.

Mereka akan memilih masa depan mereka dan masa depan rezim diktator korup yang ada di Afrika selama beberapa dekade. Benua termuda di bumi akan diubah oleh pemuda.

Ada harapan. Mungkin pemilu demokratis adalah cara paling aman untuk mengubah suasana politik yang diktator yang sebenarnya hanya untuk kepentingan para rezim diktator dan otokrat secara pribadi. Ini sebuah perubahan yang akan membawa ke arah situasi yang baru bagi kehidupan kaum muda Afrika. Kekuatan oposisi muncul di semua negara Afrika.

Kita akan melihat bagaimana pemberontakan, jajak pendapat secara demokratis dan pemisahan Sudan Selatan akan kembali membentuk lanskap politik benua Afrika.

Apakah harapan dari kaum pemuda untuk masa depan yang lebih baik akan tercapai? Pertempuran bersejarah sedang terjadi. Kita akan menunggu dan melihat siapa yang akan menjadi pemenang? Kaum oposisi atau para diktator?

Apakah demokrasi, kebebasan, pemilihan, dan parlemen akan menjadi obat mujarab bagi rakyat Afrika? Demokrasi di beberapa negara induknya telah gagal, dan menciptakan disaster (bencana), yang mengoyak kehidupan rakyatnya. Kini ditransformasikan kepada kehidupan politik di Afrika. mh