Warga sipil Afghanistan kembali menjadi korban kebiadaban pasukan AS. 16 orang tewas dan 24 orang luka-luka, ketika pasukan AS melakukan serangan balasan setelah mereka disergap di selatan kota Jalalabad yang berbatasan dengan Pakistan.
Peristiwa itu terjadi di jalan bebas hambatan yang cukup ramai pada Minggu (4/3). Sejumlah korban yang dirawat di rumah sakit Jalalabad mengungkapkan, konvoi pasukan AS menembaki kendaraan mereka, meski mereka sudah meminggirkan kendaraannya.
"Ketika kami memarkir kendaraan kami, dan pasukan AS melewati kami, mereka menembaki kendaraan kami. Ada tiga kendaraan Humvee AS yang sedang konvoi, ketiganya melepaskan tembakan, " tutur Muhammad Ishaq, 15, yang terkena tembakan di bagian lengan kiri dan telinga kanannya.
Ahmad Najib, 23, terkena tembakan di bahu kirinya. Ia menghentikan kendaraannya setelah seorang tentara AS berteriak menyuruhnya berhenti. "Kendaraan militer pertama tidak menembak, kendaraan kedua yang menembaki mobil kami, " ujarnya.
"Saya melihat mereka (humvee tentara AS) berbalik dan menembak ke satu arah. Berbalik lagi dan menembak ke arah yang lain. Saya bahkan melihat seorang petani ditembak pasukan AS, " sambung Najib.
Militer AS mengakui insiden itu. Mereka mengatakan serangan itu dilakukan untuk membela diri setelah konvoi mereka disergap dan diserang dari berbagai arah. Militer AS juga mengklaim sudah diserang dengan bom mobil yang merupakan bom bunuh diri.
Juru bicara kementerian dalam negeri Afghanistan, Zmarai Bashiri pada CNN memberikan penjelasan, "Tidak ada korban di pihak pasukan AS, tapi mereka jadi emosi dan menembaki warga Afghanistan di tempat kejadian karena mereka takut ada serangn bom lainnya. "
Juru bicara pemerintah daerah Jalalabad, Abdul Ghafour menyatakan bahwa tentara AS bertanggung jawab atas jatuhnya korban dari kalangan warga sipil.
Militer AS tidak memberi penjelasan siapa yang telah menyergap konvoi pasukannya. Namun sebuah pernyataan yang muncul dalam sebuah situs milik Taliban menyatakan bahwa kelompok itu bertanggung jawab atas serangan tersebut dan menuding tentara AS sudah menembaki warga sipil.
Beberapa saat setelah peristiwa, ribuan warga Jalalabad menggelar aksi protes mengecam penembakan yang dilakukan pasukan AS. Mereka menuding militer AS sengaja menargetkan warga sipil.
Para pengunjuk rasa memblokade jalan di kawasan Marko selama beberapa jam dan meneriakkan kalimat-kalimat kecaman bukan hanya pada AS, tapi juga pada Presiden Hamid Karzai. "Matilah Amerika, Matilah Karzai, " teriak seorang pengunjuk rasa.
Pasukan NATO dan pasukan AS, bukan sekali ini saja menembaki warga sipil, dengan dalih melindungi diri dari serangan pejuang Afghanistan. Bahkan ketika mereka benar-benar sedang mempertahankan diri dari serangan, pasukan NATO dan pasukan AS kerap bertindak serampangan dengan menembaki warga sipil.
Pada bulan Desember, dua warga sipil Afghanistan tewas dan lima orang lainnya luka-luka oleh tembakan membabi buta pasukan Inggris setelah mereka diserang di Kandahar. Pada bulan Mei, pasukan AS menyerang sebuah desa di selatan Aghanistan dan menewaskan 76 warga sipil. (ln/iol)