Sedikitnya tiga orang tewas dan seratus orang luka-luka dalam bentrokan yang antara pengunjuk rasa dan aparat keamanan Libanon dalam aksi massa yang berlangsung di Beirut, kemarin.
Sumber dari kelompok oposisi mengungkapkan, mereka memutuskan untuk menangguhkan rencana aksi massa selanjutnya dan menyingkirkan blokade-blokade yang dipasang di jalan-jalan di seluruh Libanon, pada Selasa (23/1) malam.
Keputusan penangguhan itu, menurut sumber tersebut, diambil setelah tercapai kesepakatan dengan sejumlah kelompok oposisi termasuk Hizbullah.
Laporan al-Jazeera di Beirut menyebutkan, keputusan kelompok oposisi itu kemungkinan hanya bersifat sementara dan bukan tidak mungkin mereka akan melanjutkan aksinya.
Kelompok opoisi menyampaikan pesan kuat pada pemerintah bahwa pemerintah Libanon harus memahami keinginan mereka. Jika tidak ada jalan keluar, kelompok oposisi akan melakukan aksi protes lagi dan ketegangan akan makin meluas.
Disisi lain, kegagalan aparat keamanan Libanon dalam mengawal aksi massa kemarin, makin menyudukan posisi pemerintah.
Dalam pernyataannya yang disiarkan televisi Libanon, PM Fuad Siniora menyatakan bahwa pemerintah tidak akan mentoleransi pelanggaran-pelanggaran terhadap ketertiban masyarakat. Namun ia menawarkan pembicaraan dengan Hizbullah dan aliansi-aliansinya termasuk dari kelompok Kristen.
"Kita akan tetap bersatu melawan intimidasi. Kita akan berjuang bersama-sama. Aksi massa hari ini berubah menjadi bentrokan dan menjadi hal yang memalukan, melampaui semua batas dan kenangan masa-masa perjuangan, perang dan hegemoni, " ujar Siniora.
"Dan tugas aparat militer dan pasukan keamanan tidak boleh fleksibel atau kompromi terkait dengan kepentingan publik, ketertiban dan perdamaian di kalangan masyarakat, " lanjut Siniora mengomentari tentang langkah yang dilakukan pasukan keamanannnya dalam aksi massa kemarin.
Sementara itu, Kepala Deputi Hizbullah, Naim Kassim menyatakan, pihaknya akan semaksimal mungkin menjaga dan menahan diri, begitu juga dengan para pendukung mereka.
"Tapi yang saya khawatirkan adalah pihak lain (aparat keamanan pemerintah) yang tidak memiliki kontrol seperti kami, " kata Kassim.
"Kampanye kami akan meluas setiap hari. Sepanjang mereka tidak mendengarkan kami, kami tidak akan membiarkan mereka tenang, " tambah Suleiman Franjieh, pemimpin oposisi dari kelompok Kristen pada televisi al-Manar. (ln/aljz)